Jumat, 07 April 2017

Never Give Up



MAKALAH
AMANAT AGUNG DAN APLIKASINYA BAGI JEMAAT MASA KINI

BAB I
PENDAHULUAN

A.              Latar Belakang
            Amanat Agung itu demikian pentingnya, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk apabila ada orang-orang yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada gereja-gereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal.Gereja adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa berita Injil ke semua manusia di bumi. Jika kita melihat prioritas dari program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya. Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru? Jika kita tergugah untuk memenuhi Amanat Agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang misioner.

            Sebuah gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan misi. Kata “misi” atau “mission (Inggris)” berasal dari kata Latin “missio” yang diangkat dari kata “mittere”, merupakan terjemahan dari kata Yunani “apostello”, yang artinya “mengirim” atau “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan lain-lain. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengiriman atau pengutusan gereja ke dalam dunia, khususnya melalui sekelompok pekerja yang disebut misionaris untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dalam perkembangannya, pengertian misi pada saat ini mencakup makna yang cukup luas, yaitu: (1) Pengiriman atau pengutusan misionari ke daerah tertentu; (2) Aktivitas yang dijalankan para misionari; (3) Wilayah geografis di mana para misonaris bekerja; (4) Lembaga yang mengutus para misionaris; (5) ladang misi atau lapangan misi yaitu dunia non Kristen; (6) Pusat pengutusan misionaris; dan (7) Rangkaian pelayanan yang secara khusus dimaksudkan untuk menyebarkan agama Kristen dan pendirin jemaat baru.Istilah “mission” dan “missions” tidaklah sama. Para ahli misiologi membedakan kedua istilah tersebut. “Mission” merupakan suatu keseluruhan yang Allah tugaskan kepada gereja, baik itu bersifat pelayanan kepada Allah, anggota gereja, maupun orang yang belum percaya kepada Kristus. Sedangkan “missions” merupakan partisipasi gereja dalam tugas peberitaan Injil yang Allah percayakan pada Gerejanya.




BAB II
PEMBAHASAN


A. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MELAKSANAKAN AMANAT AGUNG

Karena itu, ada tujuh hal yang perlu menjadi perhatian gereja dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus berdasarkan empat bagian ayat-ayat Alktab diatas (Matius 28;18-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51; Kisah Para Rasul 1:6-11), yaitu:

1. Penginjilan Sebagai Ujung Tombak (Markus 16:15)
            Penginjilan adalah ujung tombak pelaksanaan Amanat Agung, atau dengan kata lain, pemberitaan Injil merupakan tahap pertama dala pekerjaan misi. Penginjilan merupakan suatu proklamasi Injil Yesus Kristus yang berkuasa, dalam kuasa Roh Kudus dengan cara yang dapat dimengerti agar manusia bertobat kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, gereja harus meletakkan tugas menyampaikan Injil kepada semua orang di dunia dalam tempat yang pertama. Khotbah, pengajaran, doa, program, rencana, pelatihan dan lainnya, semuanya harus dipusatkan disekitar tujuan ini. Para pemimpin gereja seharusnya menjadi pemobilisir dari anggota tubuh Kristus, memberi inspirasi dan latihan bagi orang-orang percaya untuk bersaksi dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Tetapi, kesalahpahaman lain tentang Amanat Agung yang kadangkala muncul adalah konsep bahwa pekerjaan misi merupakan tugas khusus untuk murid-murid Tuhan Yesus (kaum rohaniwan seperti pendeta atau penginjil, dan bukan untuk jemaat awam). Beberapa bahkan berpendapat bahwa penginjilan merupakan karunia khusus yang tidak harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Pandangan ini tentu saja tidak sesuai dengan esensi Amanat Agung. Amanat Agung ditujukan bagi “semua bangsa” dan disertai janji “sampai akhir zaman”. Kedua fakta ini tidak mungkin hanya dimaksudkan untuk 11 murid Tuhan saja. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita menemukan pola Perjanjian Baru yaitu : setiap orang, di mana saja, setiap ada kesempatan, setiap hari menyampaikan kesaksian dan memenangkan jiwa. Jadi penginjilan menjadi bagian alami dari kehidupan setiap hari.

2. Injil adalah Kabar Baik untuk Semua Bangsa (Matius 28:19: Markus 16:15)

            Injil adalah kabar baik untuk semua orang. Kata “Injil” merupakan Arabisasi untuk kata Yunani - euaggelion" yang artinya adalah kabar baik (good news). Kekristenan menggunakan kata “eunggelion” dengan arti “berita sukacita atau kabar baik dari Allah tentang Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi dunia” (Roma 1:16; 1 Korintus:15:1-4). 
Dosa itu bersifat universal karena itu Injil yang adalah kabar baik bersifat universal. Tidak ada seorangpun manusia yang pernah hidup di bumi ini bebas dari dosa. Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total (total inability). Kerusakan total berarti: (1) dosa telah menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2) atau dengan kata lain, jangkauan penebusan bersifat tidak terbatas (unlimited atonement). Karena itu, perintah untuk memberitakan Injil dalam amanat Kristus adalah “pergi ke seluruh dunia” dan “menjadi semua bangsa muridNya”. Ajaran tentang penebusan tak terbatas (unlimited atonement) memberikan kepada para pemberita Injil jaminan dan kebebasan dalam menyampaikan berita, sehingga ia dapat dengan tulus percaya bahwa ia memiliki berita yang dirancang dan tepat menjawab kebutuhan manusia yang datang mendengarkan perkataannya. (Matius 28:19; Markus 16:15-16).Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).

3. Tanda Awal yang Kelihatan dari Penerimaan Injil dan Pertobatan adalah Baptisan Air Dalam Nama Allah Tritunggal ( Matius 28:19 )

            Baptisan air oleh sebagian orang telah dianggap sebagai anugerah yang menyelamatkan atau syarat keselamatan. Alkitab tidak mengajarkan demikian, sebaliknya Alkitab menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun syarat keselamatan (1 Korintus 1:17). Baptisan air itu penting tetapi bukanlah syarat keselamatan. Makna Baptisan air adalah: (1) Baptisan air adalah tanda (kepada) pertobatan (Matius 3:11); (2) Tanda ketataan kepada perintah Tuhan, bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19); (3) orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitanNya, dan secara simbolik persatuan tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6). (4) Baptisan air merupakan upacara (inisiasi) masuk kedalam keanggotaan tubuh Kristus yang kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal. (5) Baptisan air adalah kesaksian bahwa orang tersebut telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6). (6) Baptisan juga menandakan bahwa seseorang menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius 28:19,20).Baptisan air dilakukan melibatkan keputusan dan pilihan manusia. Karena itu, berdasarkan pengertian ini, maka baptisan air dilakukan setelah lahir baru (diselamatkan) yaitu setelah percaya dan bertobat (Markus 16:15; Kisah Para Rasul 2:4,33,37-41). Untuk dibaptis air seseorang harus menerima Injil (Matius 28:19), bertobat (Kisah Para Rasul 2:38), dan memiliki iman (Kisah Para Rasul 2:41; 8:12; 18:12; Galatia 3:26,27);Jadi, dasar atau fondasi dari legal (sah) atau tidaknya suatu baptisan air adalah kedua hal berikut ini, dan jika kedua syarat ini telah dipenuhi, maka tidak perlu ada pengulangan baptisan, yaitu: (1) Yang akan menerima baptisan air itu adalah orang yang sudah percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penebus, yaitu mereka yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, dan masuk dalam “kovenan” anugerah. (2) Baptisan air, harus dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menjadikan upacara itu kudus.
4. Fokus pada pemuridan: Sasaran Amanat Agung adalah menjadikan murid-murid Kristus (Matius 28:19-20)
            Banyak yang memahami inti Amanat Agung terletak hanya pada penginjilan (Matius 28:19-20). Pemahaman tersebut didasarkan pada penekanan kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat yang diikuti langkah selanjutnya yaitu pemuridan, baptisan dan pengajaran. Tetapi jika diperhatikan menurut struktur tata bahasa Yunani ayat 19-20, maka inti Amanat Agung justru terletak pada pemuridan. Hal hal ini didasarkan pada kata imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” yang diikuti oleh tiga partisipel (anak kalimat), yaitu “pergilah”, “baptiskanlah” dan “ajarkanlah”.Penjelasan lebih lanjut, mari kita memperhatikan bahwa dalam bahasa Yunani ayat tersebut menyebutkan empat kata kerja, yaitu : “pergilah (poreuthentes), jadikanlah murid (mathêteusate), baptiskanlah (baptizontes), dan ajarkanlah (didaskontes)”. Kata “pergilah, baptiskanlah, ajarkanlah” adalah kata kerja partisip atau bentuk kata kerja bantu. Kata “jadikanlah semua bangsa muridKu” adalah kata kerja imperatif atau kata kerja bentuk perintah. Jadi fokus Amanat Agung adalah “menjadikan semua orang/bangsa murid Kristus. Kata murid dalam Alkitab Perjanjian Baru tercatat 269 kali, sedangkan kata Kristen dicatat hanya 3 kali, dan kata orang percaya hanya 2 kali. Fakta ini memberitahukan kita bahwa betapa pentingnya panggilan Tuhan Yesus bagi orang yang sudah percaya kepadaNya, supaya menjadi murid-Nya yang sejati.
5. Metode Pemuridan adalah Pengajaran (Doktrinal) dan Tindakan Melakukan (Praktikal)
            Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajarah sehat dengan praktek kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan paktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.Kata doktrin berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Sehingga "doktrin" secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Kata doktrin ini digunakan sebanyak 56 kali di dalam Authorised Version (Alkitab bahasa Inggris). Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (doktrin) para rasul. Dari tersebut, maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.
6. Dilengkapi dengan Kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8) 
            Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus. Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi murid-muridNya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5). Peristiwa “pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut indentik dengan “baptisan Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-muridNya. Petrus menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16). Peristiwa pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23). Baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta yang terjadi hanya satu kali dan tidak terulang lagi. Untuk memahami arti baptisan Roh Kudus, kita dapat memperhatikan kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Kalimat dalam 1 Korintus 12:13 ini menggunakan bentuk aorist tense (past principle tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi. Ini berarti bahwa baptisan Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem.
 7. Mencakup pekabaran Injil dan pelayanan sosial
            Ada tiga pandangan umum tentang misi. Pandangan tradisional, melihat misi identik (dan terbatas pada) penginjilan. Pandangan liberal, melihat misi sebagai pelayanan sosial dan menganggap memberitakan Injil tidak lebih penting daripada pelayanan sosial. Pangangan Injili, yang dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa misi Alkitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, tetapi penginjilan tetap menjadi inti misi. Murid-murid diutus untuk melakukan misi sama seperti yang telah dilakukan Yesus, sedangkan dalam pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga memperhatikan masalah sosial (Lukas 4:18-19).





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan     :

Karena itu untuk melaksanakan misi sepenuhnya dari Amanat Kristus, maka Gereja harus berubah dari paradigma lama kepada paradigma yang baru. Mengapa? Karena Gereja dengan pola pikir lama memisahkan antara gereja dan dunia atau kehidupan di dunia sekuler. Yang sakral (gereja) dan yang sekuler (dunia) dipisahkan. Atau paling jauh gereja mempengaruhi ”dunia sekuler” dalam beberapa bidang pelayanan, contohnya membuka kebaktian atau pelayanan untuk kaum pengusaha dan profesional. Sedangkan Gereja dengan pola pikir baru adalah sebuah gereja yang mewarnai bumi dan memberikan pengaruh kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gerejaNya yaitu menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia.Jadi, Gereja dengan pola pikir yang baru perlu mendemontrasikan kerajaan Allah di muka bumi ini. Gereja dipanggil untuk mengabarkan Injil keselamatan dan memenangkan jiwa bagi kerajaan Allah yang disertai dengan kuasa, mujizat dan tanda-tanda heran (Markus 16:15-18). Tetapi gereja juga mendapat tugas untuk menolong mereka yang miskin, menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas, memberdayakan manusia yang secitra dan segambar dengan Allah. Tujuan gereja adalah menghadirkan kerajaan Allah di bumi ini. Menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita (termasuk dalam bidang pelayan sosial) merupakan proses mutlak agar mencapai misi Tuhan kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya, “menjadikan semua bangsa muridNya”.













DAFTAR PUSTAKA

Charles C. Ryrie., 1991. Teology Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta. 
C. Peter Wagner., 1993. Strategi Perkembangan Gereja. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Henry C. Thiessen., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang
Jimmy B. Oentoro., 2004. Gereja Impian: Membangun Gereja Di Lanskap Yang Baru. Diterbitkan oleh PT. Harvest Citra Sejahtera: Jakarta. 
M. David Sills., 2011. Panggilan Misi: Menemukan Tempat Anda Dalam Rancangan Allah Bagi Dunia Ini. Terj, Penerbit Momentum: Jakarta.
Rick Warren., 2004. Kehidupan Yang Digerakkan oleh Tujuan. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sularso Supater, dkk., 1994. Sebuah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja. Penerbit ANDI: Yogyakarta. 
Widi Artanto., 1997. Menjadi Gereja Misioner. Penerbit Kanasius: Yokyakarta & BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Iman David Santoso,2009. Theologi Matius.Litelatur SAAT: Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar