MAKALAH
AMANAT AGUNG DAN APLIKASINYA BAGI JEMAAT MASA KINI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Amanat Agung itu
demikian pentingnya, bukan saja karena merupakan misi utama semua gereja,
tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk apabila ada orang-orang
yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada
gereja-gereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal.Gereja
adalah wakil dari Kerajaan Allah di dunia ini dan diperintahkan untuk membawa
berita Injil ke semua manusia di bumi. Jika kita melihat prioritas dari
program-program, berbagai aktivitas sebuah gereja sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya
apakah kita telah lupa atau bingung akan misi kita sebagai orang-orang percaya.
Kita sibuk, tetapi sibuk mengerjakan apa? Berapa banyak program, pertemuan, dan
aktivitas kita yang benar-benar menghasilkan jiwa-jiwa baru? Jika kita tergugah
untuk memenuhi Amanat Agung Kristus, maka kita harus menjadi gereja yang
misioner.
Sebuah
gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan misi. Kata “misi” atau
“mission (Inggris)” berasal dari kata Latin “missio” yang diangkat dari kata
“mittere”, merupakan terjemahan dari kata Yunani “apostello”, yang artinya
“mengirim” atau “mengutus”. Secara umum kata misi bisa merujuk pada pengutusan
seseorang dengan tujuan khusus, misalnya misi kesenian, misi budaya, dan
lain-lain. Dalam konteks kekristenan, misi dipahami dalam arti pengiriman atau
pengutusan gereja ke dalam dunia, khususnya melalui sekelompok pekerja yang
disebut misionaris untuk menjangkau orang-orang kepada Kristus sebagai Tuhan
dan Juru Selamat. Dalam perkembangannya, pengertian misi pada saat ini mencakup
makna yang cukup luas, yaitu: (1) Pengiriman atau pengutusan misionari ke
daerah tertentu; (2) Aktivitas yang dijalankan para misionari; (3) Wilayah
geografis di mana para misonaris bekerja; (4) Lembaga yang mengutus para
misionaris; (5) ladang misi atau lapangan misi yaitu dunia non Kristen; (6)
Pusat pengutusan misionaris; dan (7) Rangkaian pelayanan yang secara khusus
dimaksudkan untuk menyebarkan agama Kristen dan pendirin jemaat baru.Istilah
“mission” dan “missions” tidaklah sama. Para ahli misiologi membedakan kedua
istilah tersebut. “Mission” merupakan suatu keseluruhan yang Allah tugaskan
kepada gereja, baik itu bersifat pelayanan kepada Allah, anggota gereja, maupun
orang yang belum percaya kepada Kristus. Sedangkan “missions” merupakan
partisipasi gereja dalam tugas peberitaan Injil yang Allah percayakan pada Gerejanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP-PRINSIP DASAR DALAM MELAKSANAKAN AMANAT AGUNG
Karena itu, ada tujuh hal yang perlu menjadi perhatian
gereja dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus berdasarkan empat bagian
ayat-ayat Alktab diatas (Matius 28;18-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51;
Kisah Para Rasul 1:6-11), yaitu:
1. Penginjilan Sebagai Ujung Tombak (Markus 16:15)
1. Penginjilan Sebagai Ujung Tombak (Markus 16:15)
Penginjilan
adalah ujung tombak pelaksanaan Amanat Agung, atau dengan kata lain,
pemberitaan Injil merupakan tahap pertama dala pekerjaan misi. Penginjilan
merupakan suatu proklamasi Injil Yesus Kristus yang berkuasa, dalam kuasa Roh
Kudus dengan cara yang dapat dimengerti agar manusia bertobat kepada Tuhan
Yesus Kristus. Karena itu, gereja harus meletakkan tugas menyampaikan Injil
kepada semua orang di dunia dalam tempat yang pertama. Khotbah, pengajaran,
doa, program, rencana, pelatihan dan lainnya, semuanya harus dipusatkan
disekitar tujuan ini. Para pemimpin gereja seharusnya menjadi pemobilisir dari
anggota tubuh Kristus, memberi inspirasi dan latihan bagi orang-orang percaya
untuk bersaksi dan memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Tetapi, kesalahpahaman lain tentang
Amanat Agung yang kadangkala muncul adalah konsep bahwa pekerjaan misi
merupakan tugas khusus untuk murid-murid Tuhan Yesus (kaum rohaniwan seperti
pendeta atau penginjil, dan bukan untuk jemaat awam). Beberapa bahkan
berpendapat bahwa penginjilan merupakan karunia khusus yang tidak harus dilakukan
oleh setiap orang percaya. Pandangan ini tentu saja tidak sesuai dengan esensi
Amanat Agung. Amanat Agung ditujukan bagi “semua bangsa” dan disertai janji
“sampai akhir zaman”. Kedua fakta ini tidak mungkin hanya dimaksudkan untuk 11
murid Tuhan saja. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita menemukan pola Perjanjian
Baru yaitu : setiap orang, di mana saja, setiap ada kesempatan, setiap hari
menyampaikan kesaksian dan memenangkan jiwa. Jadi penginjilan menjadi bagian
alami dari kehidupan setiap hari.
2. Injil adalah Kabar Baik
untuk Semua Bangsa (Matius 28:19: Markus 16:15)
Injil
adalah kabar baik untuk semua orang. Kata “Injil” merupakan Arabisasi untuk
kata Yunani - euaggelion" yang artinya adalah kabar baik (good news).
Kekristenan menggunakan kata “eunggelion” dengan arti “berita sukacita atau
kabar baik dari Allah tentang Yesus Kristus dan karya penebusanNya bagi dunia”
(Roma 1:16; 1 Korintus:15:1-4).
Dosa itu bersifat universal karena itu Injil yang adalah kabar baik bersifat universal. Tidak ada seorangpun manusia yang pernah hidup di bumi ini bebas dari dosa. Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total (total inability). Kerusakan total berarti: (1) dosa telah menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2) atau dengan kata lain, jangkauan penebusan bersifat tidak terbatas (unlimited atonement). Karena itu, perintah untuk memberitakan Injil dalam amanat Kristus adalah “pergi ke seluruh dunia” dan “menjadi semua bangsa muridNya”. Ajaran tentang penebusan tak terbatas (unlimited atonement) memberikan kepada para pemberita Injil jaminan dan kebebasan dalam menyampaikan berita, sehingga ia dapat dengan tulus percaya bahwa ia memiliki berita yang dirancang dan tepat menjawab kebutuhan manusia yang datang mendengarkan perkataannya. (Matius 28:19; Markus 16:15-16).Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Dosa itu bersifat universal karena itu Injil yang adalah kabar baik bersifat universal. Tidak ada seorangpun manusia yang pernah hidup di bumi ini bebas dari dosa. Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total (total inability). Kerusakan total berarti: (1) dosa telah menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2) atau dengan kata lain, jangkauan penebusan bersifat tidak terbatas (unlimited atonement). Karena itu, perintah untuk memberitakan Injil dalam amanat Kristus adalah “pergi ke seluruh dunia” dan “menjadi semua bangsa muridNya”. Ajaran tentang penebusan tak terbatas (unlimited atonement) memberikan kepada para pemberita Injil jaminan dan kebebasan dalam menyampaikan berita, sehingga ia dapat dengan tulus percaya bahwa ia memiliki berita yang dirancang dan tepat menjawab kebutuhan manusia yang datang mendengarkan perkataannya. (Matius 28:19; Markus 16:15-16).Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
3. Tanda Awal yang Kelihatan dari Penerimaan Injil dan Pertobatan adalah Baptisan Air Dalam Nama Allah Tritunggal ( Matius 28:19 )
Baptisan
air oleh sebagian orang telah dianggap sebagai anugerah yang menyelamatkan atau
syarat keselamatan. Alkitab tidak mengajarkan demikian, sebaliknya Alkitab
menunjukkan bahwa baptisan air bukanlah anugerah yang menyelamatkan atau pun
syarat keselamatan (1 Korintus 1:17). Baptisan air itu penting tetapi bukanlah
syarat keselamatan. Makna Baptisan air adalah: (1) Baptisan air adalah tanda
(kepada) pertobatan (Matius 3:11); (2) Tanda ketataan kepada perintah Tuhan,
bahwa seseorang telah lahir baru atau telah diselamatkan (Matius 28:18,19); (3)
orang percaya yang telah lahir baru (atau dibaptis Roh Kudus), telah bersatu
dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitanNya, dan secara simbolik persatuan
tersebut ditunjukkan melalui peristiwa baptisan air (Roma 6). (4) Baptisan air
merupakan upacara (inisiasi) masuk kedalam keanggotaan tubuh Kristus yang
kelihatan, disebut keanggotaan gereja lokal. (5) Baptisan air adalah kesaksian
bahwa orang tersebut telah dimeteraikan dan menerima hidup baru dan mengambil bagian
dalam kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 6:3-6). (6) Baptisan juga
menandakan bahwa seseorang menjadi pengikut atau murid Kristus yang sah (Matius
28:19,20).Baptisan air dilakukan melibatkan keputusan dan pilihan manusia.
Karena itu, berdasarkan pengertian ini, maka baptisan air dilakukan setelah
lahir baru (diselamatkan) yaitu setelah percaya dan bertobat (Markus 16:15;
Kisah Para Rasul 2:4,33,37-41). Untuk dibaptis air seseorang harus menerima
Injil (Matius 28:19), bertobat (Kisah Para Rasul 2:38), dan memiliki iman
(Kisah Para Rasul 2:41; 8:12; 18:12; Galatia 3:26,27);Jadi, dasar atau fondasi
dari legal (sah) atau tidaknya suatu baptisan air adalah kedua hal berikut ini,
dan jika kedua syarat ini telah dipenuhi, maka tidak perlu ada pengulangan baptisan,
yaitu: (1) Yang akan menerima baptisan air itu adalah orang yang sudah percaya
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penebus, yaitu mereka yang sudah dilahirbarukan
oleh Roh Kudus, dan masuk dalam “kovenan” anugerah. (2) Baptisan air, harus
dilakukan dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang menjadikan upacara
itu kudus.
4. Fokus pada pemuridan:
Sasaran Amanat Agung adalah menjadikan murid-murid Kristus (Matius 28:19-20)
Banyak
yang memahami inti Amanat Agung terletak hanya pada penginjilan (Matius
28:19-20). Pemahaman tersebut didasarkan pada penekanan kata “pergilah” yang
diletakkan di awal kalimat yang diikuti langkah selanjutnya yaitu pemuridan,
baptisan dan pengajaran. Tetapi jika diperhatikan menurut struktur tata bahasa
Yunani ayat 19-20, maka inti Amanat Agung justru terletak pada pemuridan. Hal
hal ini didasarkan pada kata imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” yang
diikuti oleh tiga partisipel (anak kalimat), yaitu “pergilah”, “baptiskanlah” dan
“ajarkanlah”.Penjelasan lebih lanjut, mari kita memperhatikan bahwa dalam
bahasa Yunani ayat tersebut menyebutkan empat kata kerja, yaitu : “pergilah (poreuthentes),
jadikanlah murid (mathêteusate), baptiskanlah (baptizontes), dan ajarkanlah (didaskontes)”.
Kata “pergilah, baptiskanlah, ajarkanlah” adalah kata kerja partisip atau
bentuk kata kerja bantu. Kata “jadikanlah semua bangsa muridKu” adalah kata
kerja imperatif atau kata kerja bentuk perintah. Jadi fokus Amanat Agung adalah
“menjadikan semua orang/bangsa murid Kristus. Kata murid dalam Alkitab
Perjanjian Baru tercatat 269 kali, sedangkan kata Kristen dicatat hanya 3 kali,
dan kata orang percaya hanya 2 kali. Fakta ini memberitahukan kita bahwa betapa
pentingnya panggilan Tuhan Yesus bagi orang yang sudah percaya kepadaNya,
supaya menjadi murid-Nya yang sejati.
5. Metode Pemuridan adalah
Pengajaran (Doktrinal) dan Tindakan Melakukan (Praktikal)
Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajarah sehat dengan praktek kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan paktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.Kata doktrin berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Sehingga "doktrin" secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Kata doktrin ini digunakan sebanyak 56 kali di dalam Authorised Version (Alkitab bahasa Inggris). Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (doktrin) para rasul. Dari tersebut, maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.
Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Titus 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus menghubungkannya ajarah sehat dengan praktek kehidupan sehari-hari (Titus 2:1-14). Ajaran sehat adalah doktrin atau didaskalia. Kata ini berkaitan dengan apa yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan paktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.Kata doktrin berarti sesuatu yang diajarkan, pengajaran, instruksi; prinsip-prinsip agama yang diajarkan; atau lebih harfiah doktrin berarti mengajarkan yang dasar. Sehingga "doktrin" secara konseptual adalah hal-hal yang diajarkan. Kata doktrin ini digunakan sebanyak 56 kali di dalam Authorised Version (Alkitab bahasa Inggris). Salah satunya terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:42, di mana dikatakan bahwa para petobat gereja yang mula-mula bertekun dalam pengajaran (doktrin) para rasul. Dari tersebut, maka doktrin dapat didefinisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar yang diajarkan. Dalam pengertian yang luas doktrin mencakup semua kebenaran firman Tuhan yang diajarkan. Doktin itu sendiri bersumber dari Alkitab yang adalah Firman Allah. Sehingga untuk pemakaian Kristen, doktrin dapat di definisikan sebagai pengajaran-pengajaran dasar Kristen yang diajarkan yang bersumber dari Alkitab.
6. Dilengkapi
dengan Kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8)
Pentakosta
menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui
pencurahan Roh Kudus. Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi
murid-muridNya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5). Peristiwa
“pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut indentik dengan “baptisan
Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-muridNya. Petrus
menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16).
Peristiwa pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh
Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23). Baptisan
Roh Kudus pada hari Pentakosta yang terjadi hanya satu kali dan tidak terulang
lagi. Untuk memahami arti baptisan Roh Kudus, kita dapat memperhatikan
kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik
orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Kalimat
dalam 1 Korintus 12:13 ini menggunakan bentuk aorist tense (past principle
tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi
hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi. Ini berarti bahwa baptisan
Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem.
7. Mencakup pekabaran Injil dan pelayanan
sosial
Ada tiga pandangan umum tentang
misi. Pandangan tradisional, melihat misi identik (dan terbatas pada)
penginjilan. Pandangan liberal, melihat misi sebagai pelayanan sosial dan
menganggap memberitakan Injil tidak lebih penting daripada pelayanan sosial.
Pangangan Injili, yang dipelopori oleh John Stott. Ia berpendapat bahwa misi
Alkitabiah mencakup penginjilan dan pelayanan, tetapi penginjilan tetap menjadi
inti misi. Murid-murid diutus untuk melakukan misi sama seperti yang telah
dilakukan Yesus, sedangkan dalam pelayanan Yesus, Ia tidak hanya memberitakan
Injil tetapi juga memperhatikan masalah sosial (Lukas 4:18-19).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Karena itu untuk melaksanakan misi sepenuhnya dari
Amanat Kristus, maka Gereja harus berubah dari paradigma lama kepada paradigma
yang baru. Mengapa? Karena Gereja dengan pola pikir lama memisahkan antara
gereja dan dunia atau kehidupan di dunia sekuler. Yang sakral (gereja) dan yang
sekuler (dunia) dipisahkan. Atau paling jauh gereja mempengaruhi ”dunia
sekuler” dalam beberapa bidang pelayanan, contohnya membuka kebaktian atau
pelayanan untuk kaum pengusaha dan profesional. Sedangkan Gereja dengan pola
pikir baru adalah sebuah gereja yang mewarnai bumi dan memberikan pengaruh
kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gerejaNya yaitu menghadirkan
kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia.Jadi, Gereja dengan pola
pikir yang baru perlu mendemontrasikan kerajaan Allah di muka bumi ini. Gereja
dipanggil untuk mengabarkan Injil keselamatan dan memenangkan jiwa bagi
kerajaan Allah yang disertai dengan kuasa, mujizat dan tanda-tanda heran
(Markus 16:15-18). Tetapi gereja juga mendapat tugas untuk menolong mereka yang
miskin, menegakkan keadilan bagi mereka yang tertindas, memberdayakan manusia
yang secitra dan segambar dengan Allah. Tujuan gereja adalah menghadirkan
kerajaan Allah di bumi ini. Menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan
kita (termasuk dalam bidang pelayan sosial) merupakan proses mutlak agar
mencapai misi Tuhan kita. Tuhan menginginkan setiap orang percaya bergabung ke
dalam misi-Nya, “menjadikan semua bangsa muridNya”.
DAFTAR PUSTAKA
Charles C. Ryrie., 1991. Teology Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.
C. Peter Wagner., 1993. Strategi Perkembangan Gereja. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Henry C. Thiessen., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang
Jimmy B. Oentoro., 2004. Gereja Impian: Membangun
Gereja Di Lanskap Yang Baru. Diterbitkan oleh PT. Harvest Citra Sejahtera:
Jakarta.
M. David Sills., 2011. Panggilan Misi: Menemukan
Tempat Anda Dalam Rancangan Allah Bagi Dunia Ini. Terj, Penerbit Momentum:
Jakarta.
Rick Warren., 2004. Kehidupan Yang Digerakkan oleh
Tujuan. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sularso Supater, dkk., 1994. Sebuah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Widi Artanto., 1997. Menjadi Gereja Misioner. Penerbit Kanasius: Yokyakarta & BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Sularso Supater, dkk., 1994. Sebuah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Widi Artanto., 1997. Menjadi Gereja Misioner. Penerbit Kanasius: Yokyakarta & BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Iman David Santoso,2009. Theologi Matius.Litelatur SAAT:
Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar