BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penilitian
Orientasi teologi yang
didomimasi oleh isu-isu pneumatologi telah menjadi karakteristik gereja-gereja
Pentakosta. Khotbah-khotbah mimbar ibadah raya sarat dengan pengajaran tentang
baptisan dan karunia-karunia Roh Kudus, pelayanan kuasa, manifestasi roh,
pelayanan-pelayanan pengusiran setan, ibadah pujian dan penyembahan menjadi
ciri khas yang tidak terpisahkan lagi dari kaum pentakosta. Karakteristik
tersebut yang pada akhirnya membuat pentakostalisme membangun sebuah
stigma eksklusivisme.[1]
Dewasa
ini timbul hal-hal yang mengejutkan di kalangan orang Kristen. Muncul
pernyataan-pernyataan yang cukup menghebohkan bahwa Allah melalui Roh Kudus
sedang melakukan tanda-tanda, hal-hal ajaib dan mujizat. Isu-isu ini disebarluaskan
dari mimbar gereja, televisi, radio, dan sosial media. Begitu banyaknya isu tersebut
hingga sulit untuk kita melihat satu persatu bahkan mengecek kebenarannya.
Pengalaman-pengalaman
supranatrual disajikan sebagai sesuatu yang sifatnya umum. Segala bentuk karya
adikodrati dari Allah dilaporkan, tidak aneh jika kita mendengar berbagai
kesaksian yang luar biasa tentang bagaimana Allah melakukan mujizat
penyembuhan, bagaimana seseorang bisa ke surga[2]
maupun neraka[3],
bagaimana pemenuhan Roh Kudus terjadi
secara khusus berbicara dalam bahasa roh karena ada anggapan bahwa dengan
sering berbahasa roh dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.[4]
Roh Kudus merupakan Roh Allah yang menolong,
memimpin, menghibur, dan menjadi teman yang setia. Roh Kudus menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan kehendak Tuhan.
Roh Kudus juga merupakan penghubung antara umat Kristiani
dengan Allah.[5]
Pemahaman yang benar tentang Doktrin Roh Kudus merupakan hal yang penting untuk
dipahami karena Roh Kudus merupakan oknum ketiga dari Allah Tritunggal. Oleh
karena itu, dari masa ke masa pengajaran ini tidak boleh disepelekan, dikurangi
ataupun dilupakan. Kerinduan untuk “tampak rohani” adalah sebagian dari alasan
mengapa karunia berbahasa roh amat dieksploitasi[6]
dan diselewengkan, orang-orang percaya tertentu menggunakan bahasa tersebut seolah-olah
itulah karunia bahasa yang sejati dari Allah.[7]
Oleh sebab itu, akhir-akhir ini kita banyak melihat banyak kejanggalan-kejanggalan
yang muncul secara khusus berkaitan dengan nubuatan dan bahasa roh
(glossolalia), tidak sedikit orang ataupun gereja yang melatih ataupun
mengajarkan jemaat untuk bernubuat dan berbahasa roh, padahal hal tersebut
tidak bisa diajarkan oleh siapapun. Sebab, karunia tersebut adalah karunia Roh
Kudus yang diberikan oleh Allah sendiri sesuai kehendak-Nya.
Berkaitan dengan
masalah di atas, bagaimana dengan tujuan dari karunia berbahasa roh pada abad
pertama? Apakah berbicara dalam ”bahasa roh” sebagaimana dipraktekkan apakah
berfungsi sebagai sarana untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang dari
berbagai bahasa? Sangat jelas orang-orang yang berada di Yerusalem pada hari
Pentakosta 33 M berasal dari banyak negeri, dan mereka mengerti dengan
jelas bahasa-bahasa yang diucapkan oleh murid-murid. Sebaliknya, orang-orang
yang berbicara ”bahasa roh” dewasa ini biasanya mengucapkan bunyi-bunyian yang
tidak dimengerti oleh siapa pun.
Bertolak dari masalah tersebut di atas, muncul pemahaman
bahwa membahas tentang doktrin Roh Kudus merupakan sesuatu yang ekstrim. Maka,
dari realita tersebut suatu solusi diperlukan agar mampu memberikan jawaban
terhadap persoalan di atas. Dan sekaligus memberikan pemahaman yang benar
secara umum dalam menyikapi konsep yang benar tentang Roh Kudus di sepanjang
sejarah perkembangan Pentakostalisme. Sehingga dengan melihat realita yang ada
terutama terhadap perkembangan ajaran dan pertumbuhan kekristenan.
Faktor-faktor di atas inilah yang sangat mendorong untuk melakukan
kajian dalam bentuk penelitian yang berjudul “KAJIAN TERHADAP KONSEP URAPAN ROH KUDUS PENTAKOSTALISME DAN
IMPLIKASINYA BAGI GPdI ADULLAM
PRAY PENANGGAL ”
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.2.1
Bagaimana konsep dan praktik urapan Roh Kudus
menurut paham Pentakostalisme ?
1.2.2
Bagaimana karakteristik
pengurapan Roh Kudus menurut pentakostalisme ?
1.2.3
Tujuan pengurapan Roh
Kudus menurut praktik Pentakostalisme ?
1.2.4
Implikasi pengurapan Roh
Kudus terhadap GPdI Adullam Pray
Penanggal?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
14.1 Untuk memahami konsep tentang urapan Roh
Kudus menurut pandangan Pentakostalisme.
1.4.2
Untuk memahami
bagaimana Pentakostalisme
mengidentifikasikan ciri-ciri pengurapan Roh Kudus.
1.4.3
Untuk mengetahui bagaimana
tujuan pengurapan Roh Kudus Pentakostalisme.
1.4.4
Untuk memahami implikasi
kepenuhan Roh Kudus terhadap GPdI Adullam
Pray Penanggal
1.4
Batasan Masalah
Mengingat luasnya
pembahasan berkaitan dengan Pentakostalisme ini, maka penelitian hanya berfokus
pada satu topik mengenai urapan Roh Kudus, khususnya berkaitan dengan karunia
Roh. Sedangkan untuk implementasinya hanya dalam orientasi GPdI Adullam Pray Penanggal.
1.5
Manfaat
Penelitian
Adapun yang menjadi
manfaat dari penelitian ini baik secara khusus maupun secara umum , antara lain
:
1.5.1 Gereja
Dengan penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada gembala dan jemaat melalui
pengertian konsep yang lebih jelas dan dapat memperkuat dasar atau acuan
gereja.
1.5.2 Manfaat bagi STTELA (Sekolah Tinggi Teologi
Elohim Indonesia)
Dengan
penulisan karya ilmiah ini dapat mengeksplorasi suatu konsep yang sebelumnya
cenderung abstrak secara khusus tentang urapan Roh Kudus, dan memberikan
pengetahuan yang jelas serta mendetail
mengenai konsep urapan Roh Kudus Pentakostalisme dan hubunganya dengan
pelayanan gerejawi mahasiswa maupun dosen.
1.5.3 Penulis
Dengan
penelitian ini, penulis secara pribadi diberikan pemahaman yang jelas,
mendetail dan terperinci tentang apa dan bagaimana konsep urapan Roh Kudus
Pentakostalisme.
1.6
Metode
Penelitian
Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek riset adalah Gereja
Pantekosta di Indonesia (GPdI) jemaat Adullam Pray penanggal dan Gereja
Pantekosta di Indonesia (GPdI) jemaat Candipuro, sampling riset yang digunakan
adalah informan dan narasumber berjumlah 15 orang, sedangkan teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah melalui observasi objek riset, wawancara dan
dokumentasi terstruktur maupun tidak terstruktur serta teknik analisa data
menggunakan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan keadaan secara
faktual.
1.7
Definisi
Operasional
Untuk memperjelas dan
menghindari kesalapahaman didalam karya tulis ini, maka penulis memberikan
beberapa definisi istilah sebagai berikut :
1.7.1 Definisi istilah Konsep
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) konsep adalah rancangan, ide, gambaran atau pengertian
yang di abstrakkan dari peristiwa yang konkret.[8]
Bahri, menguraikan Pengertian
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan
dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam
bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan
dalam bentuk suatu kata.[9]
Jadi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengertian konsep merupakan sebuah Abstraksi dari suatu Ide
atau Gambaran, yang dinyatakan dalam rangkaian kata-kata.
1.7.1
Definisi istilah Urapan
Urapan adalah kuasa Roh
Kudus yang dicurahkan kepada seseorang; curahan kuasa ilahi yang diberikan
kepada seseorang; hasil mengurapi.[10]
Jadi, urapan dapat
diartikan sebagai kuasa yang diberikan kepada seseorang yang telah dipilih
untuk diurapi dengan tujuan dan maksud khusus dari Allah.
1.7.2
Definisi istilah Roh
Kudus
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal.[11]
Menurut
ajaran Kristiani, seorang Kristen memiliki Roh Kudus di dalam
dirinya. Roh Kudus merupakan Roh Allah yang menolong, memimpin, menghibur, dan
menjadi Teman Yang Setia. Roh Kudus menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan
kehendak Tuhan.
Roh Kudus juga merupakan penghubung antara umat Kristiani dengan Allah.[12]
Jadi,
Roh Kudus adalah suatu pribadi yang bersifat nyata, dan memiliki kuasa untuk
tinggal di dalam diri seseorang untuk menolong dan mengarahkan kepada jalan
kebenaran.
1.7.3
Definisi istilah Pentakostalisme
Pentakosta dalam Perjanjian Lama dirayakan sebagai hari
pengucapan syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Istilah Pentakosta
sendiri berasal dari bahasa Yunani pente yang berarti lima, dan konta yang
berarti puluh. Pentakosta dirayakan lima puluh hari setelah perayaan Paskah.
Pada hari tersebut orang Israel mempersembahkan korban hulu hasil sehingga
disebut sebagai “pesta penuaian” (Im. 23:15-21; Ul. 28:26-31). Dalam Perjanjian
Baru istilah Pentakosta ditemukan dalam Kisah Para Rasul, yang menunjuk kepada
peristiwa pencurahan Roh Kudus kepada murid-murid Yesus yang sedang berkumpul
di Yerusalem. Peristiwa pencurahan Roh Kudus di Yerusalem tersebut kemudian
menjadi tonggak berdirinya gereja, yang dalam setiap misinya mengandalkan kuasa
Roh Kudus.[13]
Pentakostalisme (aliran
Pentakosta; bahasa
Inggris: Pentecostalism) yang di Indonesia sering
disebut juga Pantekosta
adalah sebuah gerakan di kalangan Protestanisme yang
sangat menekankan peranan karunia-karunia Roh Kudus.[14]
Menurut Daniel Sutoyo Pentakostalisme
sendiri didefinisikan sebagai suatu paham, gerakan, atau aliran dan ajaran
karya Roh Kudus seperti pada hari Pentakosta di Yerusalem.[15]
Jadi,
pentakostalisme merupakan suatu gerakan kekristenan yang menekankan kepada
karunia Roh.
1.7.4
Definisi istilah Implikasi
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat.
Keterlibatan berasal dari kata “terlibat” yang berarti tersangkut, turut serta.
[16]
Menurut Islamy implikasi
adalah segala sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan
kebijakan. Dengan kata lain implikasi adalah akibat-akibat dan
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan atau
kegiatan tertentu.[17]
Jadi, implikasi adalah suatu konsekuensi atas akibat langsung dari
hasil penemuan suatu penelitian yang mempunyai hubungan keterlibatan atau
melibatkan dengan suatu hal.
1.8
Sistematika
Penulisan
BAB I, Berisi Pendahuluan
yang memuat tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika
penulisan.
BAB II, berisi kajian
pustaka yang meliputi penjelasan tentang kajian terhadap konsep urapan roh
kudus pentakostalisme dan implikasinya bagi GPDI Adullam Pray Penanggal.
BAB III, berisi tentang
metodologi penelitian meliputi : Objek Riset, Sampling Riset, Teknik
Pengumpulan Data.
BAB IV, Berisi tentang
Analisa Data yang meliputi : Teknik Analisa data Kualitatif, Kritik dan Solusi.
BAB V, Bagian penutup
yang memuat simpulan dan saran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Hakekat
Pentakostalisme
Dalam bab ini akan
dipaparkan mengenai sejarah perkembangan munculnya
gerakan Pentakostalisme, pengertian Pentakostalisme, ajaran-ajaran Pentakostalisme, dan implikasi dari teologia Pentakostalisme.
2.1.1 Sejarah Munculnya Gerakan
Pentakostalisme
Alkitab mencatat
bahwa Yesus berjanji akan mendirikan jemaat-Nya melalui kematian dan
kebangkitan-Nya. Setelah bangkit dari kematian Dia memerintahkan
murid-murid-Nya untuk tetap tinggal di Yerusalem sampai mereka menerima janji
Bapa, yakni pencurahan anugerah
Roh Kudus (Kis 1:4). Anugerah itu dicurahkan ketika mereka berkumpul pada hari Pentakosta. Inilah yang
merupakan penggenapan nubuat nabi Yoel (Yoel 2:28-32). Roh Kudus dicurahkan dan
peribadatan zaman baru telah dimulai.
Perkembangan zaman memberikan dampak dan pengaruh dengan
banyaknya teologi-teologi baru yang berkembang khususnya di
kalangan Kristen, hal tersebut memberikan dampak terhadap paradigma
sudut pandang dalam berteologi. Hal tersebut ditandai dengan pluralitas dan
keunikan setiap paham yang muncul. Pada awal abad ke-16 di era pasca Reformasi gereja-gereja Protestan
telah mengenal dan terbagi-bagi dalam berbagai aliran. Kepelbagaian itu semakin
subur dan bersifat kompleks di sepanjang sejarahnya hingga penghujung abad
ke-20. Itu terjadi baik oleh karena kemajemukan konteks kehadiran gereja maupun
banyaknya faktor teologis maupun bukan teologis yang ikut berperan di dalamnya.
Pentakostalism
movement atau gerakan Pentakosta
merupakan suatu gerakan yang berkembang pada abad ke-20. Sebenarnya, sejak dari
permulaan sejarah gereja telah ada gerakan-gerakan yang mendesak gereja untuk
memberikan penekanan yang lebih besar kepada pengalaman iman secara emosional.[18]
Gerakan Pentakosta dipandang sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk dapat
kembali kepada kekristenan yang Alkitabiah, seperti yang dialami dan dilakukan
oleh gereja mula-mula.
Ada
dua pendekatan yang sering dipakai dalam menentukan sejarah awal munculnya gerakan Pentakostalisme.[19] Pertama, pendekatan yang didasarkan
menurut sejarah idealnya, mengacu pada satu peristiwa yang berlangsung di
sekolah Alkitab di kota Topeka, Kansas, Amerika Serikat pada awal Januari 1901,
dengan Charles F. Parham seorang kulit putih sebagai tokoh utama. Peristiwa itu
diyakini sebagai pencurahan Roh Kudus atau “Baptisan Roh”, yang ditandai dengan
karunia “berbahasa lidah” (Glossolalia).[20]
Parham menekankan kepada para muridnya agar mereka mempersiapkan diri untuk
menerima karunia-karunia Roh. Akibatnya, konsentrasi semakin meningkat,
disertai sesi-sesi doa yang sangat emosional yang berlangsung dalam kurun waktu
cukup lama, ditambah dengan berpuasa. Semuanya ini berhasil menciptakan suasana
yang hangat dengan keinginan dan pengharapan yang kuat akan pengalaman karunia
Roh Kudus.
Pada
hari pergantian tahun, 1 Januari 1901, mereka berhasil. Salah satu siswi
perempuan, Agnes N. Ozman, untuk pertama kalinya menerima karunia glossolalia.
Sebelumnya, dia mendesak Parham agar menumpangkan tangan ke atas dirinya.
Setelah itu, Agnes menerima karunia glossolalia itu, diikuti siswa-siswa lain,
termasuk Parham sendiri. Dari sekolah Parham, gerakan Pentakosta mewarisi doktrinnya
bahwa glossolalia merupakan tanda bukti yang mutlak bagi baptisan di dalam Roh Kudus.
Kedua, William J. Seymour seorang
kulit hitam yang merupakan seorang murid dari Parham. Ia pergi ke Los Angeles
sebagai pendeta gereja kekudusan yang kecil. Ajaran yang ia terima dari Parham
ternyata tidak menyenangkan jemaat, sehingga tidak lama setelah ia memulai
pelayanan di sana, ia dikeluarkan dari rumahnya maupun dari gereja. Seymour
mulai mengadakan kebaktian-kebaktian di tempat-tempat lain. Sejak saat itu
gerakan bahasa roh menjadi gerakan yang sangat besar. Suara ekstase[21] yang
muncul di dalam kebaktian-kebaktian itu sering kali terdengar sampai jauh ke
luar gedungnya, Seymour mengatakan bahwa mereka berteriak tiga hari dan tiga
malam.
Tidak
lama setelah itu, Seymour mulai menggunakan bangunan di jalan Azuza, sebuah
bangunan pabrik yang tidak dipakai lagi. Gedung ini menjadi pusat organisasi
yang disebut Azuza Street Mission yang sangat terkenal. Selama tiga tahun,
tanpa pernah terputus diadakan kebaktian di dalam bangunan ini siang dan malam.
Seymour mulai menerbitkan surat kabar untuk menyebarkan lebih luas pengalaman
baru ini. Surat kabar itu disebut Apostolic Faith, yang tersebar luas dengan
cepat di seluruh dunia dan mencapai oplah 50.000 eksemplar.
Gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa
sebuah gedung African
Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa
Street dan mulai diorganisir sebagai “Misi Iman
Kerasulan Apostolic
Faith Mission”. Dasa warsa pertama Pentakostalisme ditandai oleh
kebaktian-kebaktian antar-ras, Orang-orang kulit putih dan hitam bergabung
dalam gejolak keagamaan. Hal ini berlangsung hingga 1924, ketika gereja
ini terpecah mengikuti garis ras. Namun, ibadah-ibadah antar-ras berlanjut
selama bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah selatan A.S yang
tersegregasi.[22]
Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara terbentuk pada 1948, organisasi
itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi Pentakostal kulit putih
Amerika. Karena itu United
Pentecostal Church tidak bergabung dan kebijakan
antar-rasnya bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada 1994, gereja-gereja
Pentakostal yang tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka dan mengusulkan
penyatuan kembali secara resmi kelompok-kelompok Gereja Pentakostal hitam dan
putih, dalam sebuah pertemuan yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Memphis.
Penyatuan ini terjadi terjadi pada 1998, juga di Memphis, Tennessee. Penyatuan
gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan Persekutuan Pentakostal Amerika Utara
ditata ulang menjadi Gereja-gereja Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentecostal/Charismatic
Churches of North America).[23]
Gerakan
Pentakosta berakar pada dua pemahaman tersebut,
pada permulaan abad 20. John Wesley (Metodisme) menyatakan adanya perbedaan
yang cukup signifikan antara orang percaya biasa dengan mereka yang dikuduskan
melalui pengalaman kedua (second blessing).
Pentakostalisme
juga meyakini bahwa Roh Kudus diperlukan, bukan hanya dalam memenangkan jiwa
saja, tetapi juga untuk memperbaiki masalah sosial, politik dan ekonomi[24].
Nubuatan
Nabi Yoel (Yoel 2:28-32) dan gereja mula-mula adalah kunci yang penting untuk
memahami perkembangan gerakan Pentakostalisme. Meskipun glossolalia (bahasa
lidah) merupakan faktor yang sering di identifikasikan secara khusus untuk
membedakan gerakan kekristenan lainnya, selain itu nubuat juga selalu menjadi bagian yang tidak
bisa dipisahkan dari kepercayaan dan praktik gerakan Pentakostalisme. Pada
umumnya gerakan Pentakostalisme menenkankan hal tertentu sebagai tanda untuk
membedakan dari gerakan ke gerakan berikutnya. Setiap gerakan Pentakostalisme
mempunya nilai teologi dan iman yang beragam, ditinjau secara fenomenologis
agaknya sangat sulit untuk
dibedakan karena gerakan-gerakan Pentakostalisme merupakan pengalaman
adikodrati ( Glossolalia, penyembuhan, pembebasan setan, mukjizat, nubuatan dan
lainnya).
Pemahaman yang baik dan
objektif terhadap gerakan-gerakan Pentakostalisme secara historis tidak muncul
dengan tiba-tiba begitu saja. Sebab dalam sejarah gereja sejak abad 2 Masehi
telah ada cikal bakal gerakan Pentakostalisme, diawali dengan
Montanisme dan terus melaju ke abad Pietisme, Metodisme, Gerakan Kekudusan,
Pentakostalisme Klasik, dan Pentakostalisme Baru atau Kharismatik (tahun
1960-an), Kharismatik Baru atau Gelombang Ketiga (1980 – sekarang). Berikut
beberapa gerakan yang merupakan cikal bakal terhadap munculnya gerakan Pentakostalisme.
2.1.1.1 Gerakan
Montanisme
Jauh
sebelum munculnya gerakan Pentakosta, setelah zaman para Rasul-Rasul, Teologia
tentang pribadi dan pekerjaan Roh Kudus bertumbuh secara lambat. Kebebasan dan
spontanitas rohani orang-orang percaya mulai berkurang peranan serta pengaruhnya
di dalam gereja Katolik. Partisipasi aktif di dalam kebaktian beralih kepada
partisipasi pasif. Karunia-karunia Roh kurang dipraktekkan dalam kehidupan.
Harapan eskatologis mulai menjadi pudar. Di dalam situasi inilah ajaran-ajaran
Montanisme yang menjadi salah satu benih kelahiran dari gerakan Pentakosta
mempunyai daya tarik yang sangat besar di pertengahan abad ke 2. Sebelum Montanus
mendirikan dan mengembangkan gerakan ini, ia merupakan seorang imam agama
Kybele di Frigia yang mempraktekkan pemujaan terhadap dewi Kybele,[25] termasuk upacara-upacara
kesuburan, percabulan agamawi, ekstase dan spiritisme. Montanus sendiri juga
sangat menekankan pentingnya nubuatan-nubuatan, glossolalia, kedatangan Tuhan
Yesus dengan segera dan ekstase.[26]
Gerakan Montanisme mulai muncul pada abad ke-2 ( satu abad setelah pelayanan Yesus Kristus
di dunia dan satu abad setelah rasul-rasul-Nya ) yang dipimpin oleh seorang
yang bernama Montanus yang berasal dari Ardabau, sebuah dusun di Misua. Timbulnya
gerakan Montanisme dilatarbelakangi oleh keadaan gereja yang pada saat itu
sangat memprihatinkan, pengajaran Gnostik[27]
telah masuk dan merusak dasar ajaran Kristen yang murni.
Montanus tidak senang dengan suasana di dalam gereja, menurutnya suasana
gereja sangat suam-suam kuku, gereja terlalu sibuk dengan masalah ortodoksi.
Montanus menuntut kebebasan dalam manifestasi Roh Kudus (Freedom in Holy Spirit ). Ia mengklaim bahwa
pewahyuan langsung oleh Roh Kudus. Pewahyuan itu ia
katakan lebih berbobot daripada kitab-kitab Perjanjian Baru. Dua wanita
(Priskila dan Maksimila) di dalam gerakan Montanisme menjabat sebagai nabiah.
Mereka menubuatkan, antara lain, kedatangan Yesus Kristus di Frigia dalam waktu dekat. Gereja secara tegas
menolak gerakan Montanus. Sinode Antiokhia mengatakan bahwa ajaran ini telah menyimpang.[28]
Gerakan Montanisme yang dimulai sekitar tahun 172 Masehi di sekitar daerah
Asia Kecil, kemudian berkembang di sebelah barat daya. Pada sekitar tahun 200,
sudah ada di Afrika Utara. Beberapa pokok pengajaran Montanisme, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengikut
Montanisme mengaku mendapat wahyu khusus dari Roh kudus, maka kata-katanya
lebih berwibawa dari pada Alkitab.
2. Montanisme
menitik beratkan pada Karunia Roh Kudus. Dalam hal mukjizat, bernubuat,
berbahasa lidah dan mereka menggunakan karunia ini sebagai ukuran untuk menilai
gereja yang sejati.
3. Praktik
dalam bernubuat tidak dilakukan sebagaimana biasanya, melainkan lebih mirip
dengan cara iman-iman yang berada di kuil, yaitu seorang yang mau bernubuat
harus memasuki suatu keadaan kehilangan perasaannya, bersikap pasif. Setelah
itu Allah menguasai seluruh dirinya dan berbicara melaluinya.
4. Nubuatan
mereka berdasarkan pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Mereka
mendapatkan wahyu tentang zaman Roh Kudus, yaitu zaman kerajaan seribu tahun sudah hampir
tiba dan kedatangan Yesus kedua kalinya akan terjadi di desa Pepusa. Umat
Kristen harus datang sendiri untuk bersiap menunggu Tuhannya. Untuk itu umat
Kristen harus meninggalkan segalanya, dan mengasingkan dirinya di Pepusa.[29]
2.1.1.2
Gerakan Pietisme
Sekitar tahun 1677 di Darmstadt, istilah
Pietisme muncul dan menjadi cukup terkenal di kalangan gereja-gereja Lutheran.
Kata Pietisme dipergunakan sebagai ejekan terhadap kelompok-kelomok orang yang
hidup saleh. Gerakan ini bermula sebagai reaksi terhadap ritual-ritual yang
mekanis dan formal yang mewarnai pelayanan di gereja Lutheran yang saat itu
telah mapan, namun semakin kurang kebebasan untuk mengungkapkan iman secara
lebih spontan.[30]
Pietisme sendiri berarti paham yang
menekankan kepada kesalehan hidup. Orang-orang yang menganut paham ini
beranggapan bahwa tidak cukup hanya ajaran dan dogmatika yang hanya memuaskan
otak saja, tetapi mengabaikan kerohanian seseorang.[31]
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kesalehan hidup yang tidak hanya ada di
teori, tetapi menjadi suatu gaya hidup dan kebiasaan sehari-harinya yang sudah
dipraktekkan. Kaum Kristiani seharusnya mempraktekan ajaran Gereja di
kehidupannya sehingga membawanya kepada kepuasan rohani.
Pietisme adalah reaksi terhadap suasana
Gereja yang suam-suam kuku dan terhadap semangat dunia yang sudah merajalela di
dalam masyarakat Kristen. Orang Pietis sangat menyesalkan sifat
intelektualistis watak khotbah-khotbah yang diperdengarkan di mimbar-mimbar
Gereja, baik di Gereja Lutheran di Jerman, maupun Gereja Calvinis di Belanda.[32]
2.1.1.3 Gerakan
Methodisme
Salah satu gerakan yang mempengaruhi Kekristenan di seluruh dunia adalah
gerakan Methodisme. Orang yang meletakkan dasar gerakan ini adalah John Wesley (1703-1791).
Wesley dan Methodisme
memberi tekanan rohani kepada pengalaman pribadi dan perasaan khusus akan
pengudusan dan pembenaran oleh Yesus Kristus “iman saja” tidak mencukupi. Bagi
Wesley, keselamatan oleh iman saja memang penting dan dalam hal ini ia tetap sepandangan
dengan Calvin dan Luther. Akan tetapi, jikalau kita melihat pengajarannya,
Wesley mengatakan bahwa bukan iman kepada janji-janji Allah atau kepada
pengenalan dan pengandalan akan Kristus yang menjadi satu-satunya dasar
kepastian iman. Menurut Wesley, yang paling penting dalam hidup orang percaya
adalah memperoleh bukti melalui pengalaman iman yang terjadi melalui campur
tangan Roh Kudus secara langsung dalam diri setiap orang.
Doktrin mengenai pengalaman khusus sering kali juga disebut berkat kedua
(second blessing). John Fletcher yang merupakan pengikut John Wesley
menyebutkan berkat kedua ini dengan istilah baptisan di dalam Roh Kudus.
Mengenai penekanan pada pengalaman khusus ini, perlu kita perhatikan bahwa
Wesley mengacu pada ajaran Arminianisme. Ajaran ini juga ditemukan dalam ajaran
Remonstran[33]
dan Kontraremonstran, yang dalam sejarah gereja Belanda telah menyebabkan
perlunya perumusan satu pengakuan iman khusus, yakni pasal-pasal ajaran
Dordrecht. [34]
Bagi Methodisme
memberikan penekanan yang besar pada kehendak bebas manusia sangat penting.
Jika manusia sendiri mampu mengusahakan tingkat kerohaniannya maka melalui
usahanya sendiri manusia bisa mencapai tingkat rohani yang dibutuhkan untuk
mendapatkan pengalaman iman yang khusus ini. Dengan demikian, manusia
berkemampuan untuk memenuhi
syarat-syarat yang akan membukakan jalan menuju pengalaman tersebut.
2.1.1.4 Gerakan Kekudusan
Jembatan Methodisme yang lahir pada abad ke-18 dan Pentakosta pada
abad ke-20 adalah Gerakan Kekudusan yang berkembang di Amerika dan Inggris,
namun juga di Jerman bahkan sampai ke Afrika Selatan. Sebagian pemeluknya
berasal dari Methodis, tetapi sebagian lagi dari Presbiterian dan Calvinis. Salah satu
teolog Reformed-Calvinis yang masuk ke dalam gerakan ini adalah pengkhotbah
bernama Jonathan Edwards dan George Whitefield.
Namun di Amerika juga, persekutuan-persekutuan Kekudusan
kebanyakan bersifat Methodis. Salah satunya dipimpin oleh seorang pengkhotbah KKR Charles G. Finney
(1792-1875). Ia menekankan kemampuan manusia untuk mengadakan kebangunan rohani
gereja. Ia membangun sistem doktrin yang disebut sebagai “Gerakan Keselamatan,”
yang dicirikan oleh keharusan memiliki pengalaman yang lebih dalam dari
seseorang yang telah menerima keselamatan, yaitu “baptisan di dalam Roh Kudus.”
Finney
percaya bahwa pengalaman ini dapat memberikan solusi untuk masalah yang dia
amati selama kebangkitan penginjilannya. Beberapa orang mengaku mengalami
pertobatan tetapi kemudian tergelincir kembali ke cara hidup lama
mereka. Finney percaya bahwa kepenuhan dengan Roh Kudus dapat membantu
para petobat ini untuk terus teguh dalam kehidupan Kristen mereka. Fase gerakan
Kekudusan ini sering disebut sebagai kebangkitan kembali Oberlin-Kekudusan.[35] Jadi, lebih dalam dari ajaran Methodisme Wesley, Finney mengajarkan adanya tingkatan
yang lebih dalam terhadap
pengalaman hidup orang Kristen yaitu Baptisan dalam Roh
Kudus (berkat kedua), Pengudusan Ganda dan Pertobatan.
Pengaruh besar terhadap gerakan Pentakosta juga diperoleh
dari R. A. Torrey. Ia menegaskan adanya beberapa langkah seseorang niscaya
sampai menikmati berkat kedua. Beberapa langkah yang penting menuju berkat
kedua tersebut adalah: Pertobatan kepada Allah dan Keinginan yang kuat agar
dianugerahkan berkat kedua. Di sini kita melihat cikal bakal pemikiran bahwa orang
percaya seolah-olah berhak untuk menuntut anugerah khusus dari Roh Kudus.
Perhatikan kisah pertobatan Torrey, “Tuhan, jika Engkau tidak menganugerahkan
berkat kedua itu kepada saya, saya tidak akan pernah mau berkhotbah lagi.”
Demikianlah Torrey meminta berkat tersebut, dan ia mengerti pengalaman khusus
ini sebagai kuasa Allah yang dahsyat yang mengisi hatinya, dan ia dipenuhi
dengan sukacita besar dan kekuatan serta keberanian
untuk mengabarkan Injil Allah. [36]
2.1.1.5 Gerakan Pentakostalisme
Pentakosta
atau Pentakostalisme dalam penelitian ini merupakan istilah yang bersifat
representatif.[37]
Artinya, istilah ini tidak harus dipersoalkan dengan istilah-istilah yang
muncul berikutnya, seperti: Pantekosta dan Kharismatik, atau neo-Kharismatik.
Semua istilah itu secara substansi dianggap sama, karena mengakar pada
persoalan teologi yang satu dan khas, yakni pneumatologi, namun mengalami
perbedaan pada ranah implementasi. Dalam penelitian ini, istilah Pentakosta
atau Pentakostalisme berimplikasi secara komprehensif, sehingga penyebutan
Pentakosta akan mewakili semua istilah serumpunnya itu. Atau, untuk menunjukkan
kekhasan tertentu. [38]
David Barret, seorang peneliti Kristen dan
co-editor dari World Christian Encyclopedia menyatakan bahwa gerakan
Pentakosta dapat dibagi dalam tiga gelombang, yaitu sebagai berikut [39]
:
Gelombang Pertama: Pentakosta Klasik
Gelombang pertama dari misionaris perintis
Pentakosta membuahkan apa yang sekarang dikenal sebagai gerakan Pentakosta
klasik, dengan lebih dari empat belas ribu denominasi Pentakosta di seluruh
dunia. Masa ini diikuti oleh usaha-usaha mengorganisasikan denominasi
Pentakosta yang menghasilkan misi-misi yang bertumbuh cepat dan gereja-gereja
pribumi. Beberapa dari pertumbuhan yang paling besar datang dari usaha
yang dilakukan di tengah-tengah orang Hispanic di US dan Amerika Latin.
Beberapa pertumbuhan yang paling besar juga terjadi di tengah-tengah orang
Amerika kulit hitam maupun di negara-negara Afrika. Pada gelombang ini
orang-orang Pentakosta mengalami penolakan, pengusiran, pemisahan diri,
denominasi baru.
Yang termasuk dengan Pentakosta klasik adalah
orang-orang Pentakosta yang merupakan anggota dari denominasi Pentakosta atau
gerakan Pentakosta. Denominasi-denominasi Pentakosta memegang
ajaran bahwa semua orang Kristen harus mencari pengalaman rohani sesudah
pertobatan yang disebut dengan Baptisan Roh Kudus, dan bahwa orang percaya yang
dibaptis Roh Kudus dapat menerima satu atau lebih karunia-karunia roh yang
dikenal pada gereja mula-mula: penyucian seketika, berbicara dalam bahasa roh
(glossolalia), atau menafsirkan bahasa roh, bernyanyi dalam bahasa roh, menari
dalam roh, berdoa dengan tangan terangkat, mimpi, penglihatan/visi, membedakan
roh, kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, mujizat, mengusir roh jahat,
kelepasan, tanda-tanda heran. Denominasi-denominasi Pentakosta memproklamasikan
sebuah injil yang “sepenuh” atau “empat tema” atau “lima tema” injil, yaitu:
Kristus penyelamat, Pengudus, Pembaptis dengan Roh Kudus, Penyembuh dan Raja
yang akan Datang kembali.
Gelombang Kedua: Kharismatik
Gelombang kedua ini adalah orang-orang
Kristen yang berafiliasi dengan denominasi non-Pentakosta (Anglikan, Protestan,
Katolik, Ortodoks). Fase ini adalah penetrasi (perembesan) Pentakostalisme
di gereja-gereja arus utama Protestan dan gereja-gereja Katolik sebagai gerakan
“pembaharuan kharismatik” dengan tujuan membaharui gereja-gereja yang historis
ini. Selayaknya juga diakui bahwa “gelombang-gelombang” yang lebih baru
ini juga mulai dari United States. Mereka mencakup gerekan Neo-Pentakosta
Protestan yang dimulai tahun 1960 di Van Nuys, California, di bawah pelayanan
Dennis Bennet, Raktor dari gereja St. Mark’s Episcopal (Anglican). Dalam satu
dekade, gerakan ini telah menyebar ke seluruh 150 golongan utama Protestan di
dunia, menjangkau total 55 juta orang pada tahun 1990.
Gerakan pembaharuan kharismatik Katolik
dimulai di Pittsburg tahun 1967 di tengah murid-murid dan dosen di Duquesne
University. Sesudah tersebar dengan cepat di antara murid-murid di
Noter Dame dan di University of Michigan, gerakan ini tersebar ke seluruh dunia.
Pemimpin-pemimpin awalnya adalah Kevin Ranaghan, Ralph Martin, Steve Clark, dan
Nancy Kellar. Kepemimpinan teologis yang hati-hati diberikan oleh Kilian
McDonnell dan Leon Joseph Cardinal Suenens.
Gelombang Ketiga: Neo Kharismatik
Gelombang paling baru ini adalah yang
disebut “gelombang ketiga” dari Roh Kudus. Asalnya adalah dari
Fuller Theological Seminary pada tahun 1981 di bawah pelayanan ruang kelas dari
John Wimber, pendiri dari Association of Vineyard Churches. “Gelombang”
ini terdiri atas kelompok utama evangelical yang mengalami tanda-tanda dan
mujizat tetapi juga meremehkan label-label seperti “Pentakosta” atau
“Kharismatik.”Vineyard adalah gerakan yang paling terlihat dari kategori
ini. Tahun 2000, orang-orang dari gelombang ketiga ini, juga disebut
dengan “neo-kharismatik” memiliki sekitar 295 juta anggota di seluruh dunia. Dicirikan
dengan: Kuasa Penginjilan (Power Evangelism), struktur baru, networking,
Megachurch.
Anggota-anggota dari gelombang ketiga ini
terdiri dari orang-orang Injili dan Kristen lainnya yang tidak dihubungkan
dengan Pentakosta atau pembaharuan Kharismatik, tetapi telah dipenuhi roh dan
mengalami pelayanan Roh dan mujizat. Mereka menjalankan karunia roh, menekankan
tanda-tanda dan mujizat, dan meninggalkan gereja mereka yang non Pentakosta
tetapi juga tidak mengidentifikasi diri sebagai Pentakosta.
2.1.2 Pengertian
Pentakostalisme
Pentakosta
berasal dari bahasa Yunani pente yang berarti lima, dan
konta yang berarti puluh. Sementara Pentakostalisme (aliran Pentakosta ; bahasa Inggris: Pentecostalism)
yang di Indonesia sering disebut juga Pantekosta adalah sebuah gerakan di kalangan Protestanisme yang sangat menekankan
peranan karunia-karunia Roh Kudus.[40]
2.1.2.1 Pentakosta di Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama Hari Raya Pentakosta
adalah salah satu perayaan bagi bangsa Israel. Hari raya ini disebut
“Pentakosta”, karena terjadi lima puluh hari setelah persembahan buah sulung, setelah hari raya Paskah atau hari raya roti
tidak beragi. Sebab itu Hari Raya Pentakosta juga dikenal dengan nama
"hari raya Tujuh Minggu" (Ul. 16:10).[41]
2.1.2.2 Pentakosta di
Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru
Pentakosta adalah sebuah peristiwa yang menunjuk kepada turunnya Roh
Kudus dalam rupa lidah api kepada para murid (Kis. 2:3). Pada hari itu
tepat hari Pentakosta (sesuai dengan budaya Yahudi dalam Perjanjian Lama
seperti dijelaskan sebelumnya), maka seluruh orang Yahudi yang tinggal
dalam perantauan berdatangan untuk merayakan hari Pentakosta. Pada saat
Pentakosta itu, para murid berkumpul dalam suatu tempat, lalu Roh Kudus turun
atas mereka. Turunnya Roh Kudus atas murid-murid mengakibatkan para murid
mampu berkata-kata dalam berbagai bahasa untuk menyatakan
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis. 2:11). Atas peristiwa itu
maka banyak orang yang mendengarkan kabar baik, sehingga banyak dari mereka
(yang mendengarkan perkataan para Rasul) memberi diri untuk dibaptis sehingga
jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis. 2: 41).[42]
Pentakostalisme
yang mengakar pada kata Pentakosta menjadi istilah untuk menjelaskan peristiwa
spiritual yang terjadi pada hari raya Yahudi tersebut. Pada akhirnya istilah
ini bersifat identitas kelompok tertentu dalam kekristenan yang mengadopsi
keyakinan peristiwa tersebut sebagai sebuah pengalaman iman Kristen setelah
baptisan air atau pertobatan. Peristiwa ini juga disebut sebagai hari
lahirnya Gereja.[43]
Di mana setelah para murid (yang kemudian disebut sebagai Rasul) berkata-kata
kepada orang-orang di sekitar, mereka menyambut Injil itu dan percaya kepada
Kristus, sehingga membentuk jemaat-jemaat kecil di sana.
2.1.3 Ajaran-ajaran Pentakostalisme
Gerakan
Pentakosta pada umumnya dimengerti dengan cirinya yang khas, yaitu glosolalia
atau “bahasa roh”. David W. Faupel membagi gereja dan gerakan
Pentakosta ke dalam tiga kelompok berdasarkan perbedaan tema teologisnya:[44]
1.
Mereka yang mengajarkan doktrin penyucian dalam tradisi Kekudusan
Wesleyan. Pentakosta golongan ini mengajarkan “tiga karya anugerah”
·
Pertama, pertobatan
·
Kedua, pengalaman
“penyucian/pengudusan menyeluruh”
·
Ketiga, Baptisan
dalam Roh Kudus yang memberdayakan orang percaya untuk bersaksi dan melayani
dengan bukti berbahasa roh.
2.
Orang Pentakosta yang mengurangi pola diatas menjadi “dua karya Anugerah”
dengan meleburkan dua hal yang pertama menjadi satu “finished work” (Karya
tuntas Kristus di Kalvari) yang ditambah dengan proses penyucian secara
perlahan-lahan. Orang Pentakosta yang memakai pola ini memusatkan diri
pada pertobatan dan kemudian baptisan dalam Roh Kudus.
3.
Orang Pentakosta yang memegang pandangan “keesaan” atau “Jesus Only” dari
ketuhanan. Golongan ini memproklamirkan unitarianisme Injili dari
pribadi kedua Tritunggal.
Secara
teologis, kebanyakan denominasi Pentakosta
tergabung dalam evangelikalisme,
artinya mereka menekankan bahwa Alkitab
itu sepenuhnya dapat dipercaya, hingga pada tingkat ineransi
(tidak mengandung kesalahan pada teks aslinya) dan orang harus bertobat dan
percaya kepada Yesus. Orang Pentakosta
berbeda dengan orang Fundamentalis
karena mereka lebih menekankan pengalaman rohani pribadi. Orang Pentakosta memiliki pandangan dunia yang trans-rasional.
Meskipun mereka sangat memperhatikan ortodoksi
(keyakinan yang benar), mereka juga menekankan ortopati (perasaan
yang benar) dan ortopraksis
(refleksi atau tindakan yang benar). Penalaran
dihargai sebagai bukti kebenaran, tetapi orang-orang Pentakosta
tidak membatasi kebenaran hanya pada ranah nalar.[45]
Berikut
beberapa pokok pengajaran dari gerakan pentakosta .[46]
:
2.1.3.1 Alkitab
Alkitab dpahami sebagai Firman Allah
yang diilhamkan dan dinyatakan kepada manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi
iman dan perilaku. Alkitab mengungguli hati nurani dan akal budi. Sebagai yang
diilhamkan langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Alkitab
adalah firman Allah yang berotoritas dan sempurna
2.1.3.2 Allah
Allah yang benar dan hidup itu oleh
aliran Pentakostal diyakini sebagai Allah yang esa, yang menciptakan langit,
bumi dan segala isinya. Allah yang menyatakan diri di dalam tiga pribadi: Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang
sudah menyatakan imannya.
2.1.3.3 Keselamatan
Keselamatan adalah pembebasan dari
situasi di luar kemampuan seseorang membebaskan dirinya sendiri. Keselamatan
adalah karya Allah dalam pengupayaan umat bebas dari perbudakan dosa dan
membawa ke situasi kemuliaan melalui Yesus Kristus. Jadi keselamatan sebagai
buah kasih-karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan
dan ajakan menyatakan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah, dan iman
kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui baptisan kelahiran-kembali
dan pembaruan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih-karunia melalui
iman, menjadi anak dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan pengharapan akan
kehidupan kekal. Bukti batiniah bagi orang percaya tentang keselamatannya
adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti lahiriah adalah
kehidupan di dalam kebenaran dan kesucian yang sejati.
2.1.3.4 Baptisan
Baptisan adalah tindakan iman untuk melaksanakan
percaya kepada Injil yaitu bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa manusia,
sesuai dengan kitab suci, bahwa Ia dikuburkan dan telah bangkit pada hari
ketiga sesuai dengan kitab suci (1 Kor 15:3a-4; Rom 6:3-5). Baptisan terdiri
atas dua jenis, yaitu: Pertama, baptisan air, yakni lambang kematian dan
penguburan kemanusian yang lama, dengan cara menyelamkan seluruh tubuh ke dalam
air (Mat 16:15-16; 28:19). Kedua, Baptisan Roh adalah baptisan orang percaya
dengan Roh kudus dibuktikan oleh tanda fisik awal, yaitu berbicara dengan
bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk
mengatakannya (Kis 2:4).
2.1.3.5 Bahasa Lidah
Bahasa Lidah adalah baptisan atas
orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan disaksikan oleh tanda lahiriah
berupa berbicara dalam bahasa lidah, sebagaimana kemampuan yang diberikan Allah
kepada para rasul (Kis 2:4). Berbahasa lidah dalam nats ini pada hakikatnya
sama dengan karunia lidah dalam 1 Kor 12:4-10, 28, tetapi berbeda dalam maksud
dan penggunaannya.
2.1.3.6. Perjamuan Kudus
Perjamuan Kudus, yang terdiri dari
unsur roti dan air buah anggur, adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan
di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus, pengenangan atas penderitaan dan
kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan kedua kali, persekutuan orang percaya
dengan Allah serta sesama, kesembuhan bisa terjadi sewaktu orang percaya mengambil
bagian dalam perjamuan kudus dimana Allah yang menyembuhkannya, dan sakramen
Perjamuan Kudus sebagai salah satu alat anugerah Allah bagi orang percaya.
Dengan Perjamuan Kudus maka anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu
salib akan lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman kepada
Allah akan lebih berarti.
2.1.3.7 Kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh
Kaum Pentakosta mempertahankan
kesucian sebagi pokok ajaran yang terpenting. Dengan kuasa Roh Kudus orang
percaya dapat menaati perintah Allah. Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah
bagi semua orang percaya, dan harus sungguh dikejar dengan cara berjalan di dalam
ketaatan pada firman Allah.
2.1.3.8 Kesembuhan Ilahi
Pada permulaan gerakan Pentakosta,
doktrin kesembuhan Ilahi adalah suatu kebenaran yang sangat penting dalam
berita "Injil Sepenuh". Kesembuhan Ilahi dikhotbahkan dan
dipraktekkan, sebab umat Pentakosta percaya bahwa kesembuhan disediakan
bersamaan penebusan dan merupakan hak istimewa bagi orang percaya.
2.1.3.9 Eskatologis.
Pada umumnya kaum Pentakosta
mempercayai bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan memerintah dalam
kerajaan seribu tahun di dunia. Kedatangan Kristus yang kedua kali meliputi
pengangkatan orang-orang kudus, yang merupakan pengharapan yang penuh bahagia
bagi kita, diikuti kedatangan yang tampak dari Kristus dengan orang suci-Nya
untuk memerintah di bumi selama seribu tahun (Za 14:5; Mat 24:27, 30; Why 1:7;
19:11-14). Pemerintahan seribu tahun ini akan membawa keselamatan bangsa Israel
(Yeh 37:21-22; Zef 3:19-20; Roma 11:26-27) dan penegakkan damai sejahtera di
seluruh dunia (Yes 11:6-9; Mi 4:3-4).[47]
2.1.3.10 Gereja
Gereja bukan hanya merupakan suatu
perkumpulan melainkan sebuah persekutuan yang lahir dari Allah. Alkitab menyatakan
bahwa yang mendirikan gereja adalah Tuhan Yesus (Mat 16:18). Gereja adalah buah
tangan pekerjaan Roh Kudus dan diyakini sebagai tubuh Kristus, tempat Allah
berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka
memenuhi amanat agung-Nya.
2.1.3.11 Hermeneutika
Pentakostalisme
Berbeda
dengan Protestantisme yang cenderung membaca Perjanjian Baru melalui sudut
pandang Paulus, hermeneutika Pentakostalisme cenderung membaca Perjanjian Baru
melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan yang disediakan oleh Kisah Para
Rasul.
Hermeneutik Protestanisme |
Hermeneutik Pentakostalisme |
·
Cenderung
membaca Perjanjian Baru melalui sudut pandang Paulus. ·
Surat-surat
Paulus bersifat pengajaran |
·
Membaca Perjanjian Baru
melalui sudut pandang Lukas, terutama dengan lensa yang disediakan oleh Kisah
Para Rasul. ·
Lukas dan
Kisah Para Rasul bersifat naratif/cerita ·
Muncul pola
baru, apa yang dialami dalam Kisah Para Rasul harus ditiru (harus dialami)
setiap orang percaya ( Subjectiving Hermeneutics). |
Perubahan
dari teks Paulus kepada teks lukas adalah pergantian genre literatur dari yang
bersifat pengajaran kepada bahan-bahan yang bersifat
naratif/cerita. Teks-teks naratif terkenal sulit diinterpretasikan
secara teologis. Orang-orang Pentakosta membaca cerita-cerita Pentakosta
di dalam Kisah Para Rasul dan menuntut bahwa pola umum penerimaan Roh Kudus di
gereja mula-mula harus dialami dalam hidup setiap orang percaya. [48]
2.1.4 Konsep
dan Praktik Urapan Roh Kudus Menurut Pentakostalisme
Pneumatologi
adalah suatu konsep pengajaran oleh gereja yang membahas tentang Roh Kudus
dalam hakekat, peranan dan karyanya. Urapan Roh Kudus menurut Pentakostalisme dapat didefinisikan
dan dimengerti dengan memperhatikan manifestasi dari pekerjaan Roh Kudus atas
kehidupan mereka yang diurapi-Nya. Dengan
kata lain urapan adalah suatu takaran yang nyata atau dapat dirasakan dari Roh
Kudus yang diimpartasikan (diberikan) ke atas mereka yang dipilih dan urapan
itu memberi kemampuan khusus secara ilahi untuk melaksanakan panggilan pekerjaan
Allah dalam hidup mereka yang diurapi-Nya.[49]
Keyakinan
kaum Pentakostalisme bahwa Roh Kudus akan terus menerus dicurahkan kepada
gereja-Nya. Bahkan pencurahan yang lebih besar akan terjadi pada waktu yang
akan datang. Gereja pada akhir zaman akan lebih banyak membutuhkan bahkan
mengalami kuasa Roh Kudus untuk melengkapi gereja-Nya dalam melaksanakan
tugas-tugas menjelang kedatangan-Nya. Kuasa yang disertai manifestasi Roh Kudus
pada akhir zaman akan dicurahkan seperti hujan awal pencurahan Roh Kudus, Roh
Kudus akan memperlengkapi gereja-Nya untuk menuai jiwa-jiwa. Untuk itu gereja
harus bersiap untuk menerima Roh Kudus untuk melakukan penuaian besar-besaran.[50]
Identitas Pentakosta memang tidak dapat dipisahkan dari
peristiwa pencurahan dan kepenuhan Roh Kudus atas 120 murid di Yerusalem, hal
tersebut telah melahirkan konseptualisasi Pentakosta baik secara ideal, maupun
pragmatis.[51]
Pentakostalisme memahami bahwa baptisan Roh Kudus
ataupun kepenuhan Roh Kudus yang diberikan terhadap orang percaya harus
dibuktikan secara fisik dengan berbicara dalam bahasa lidah (Glossolalia), sebagaimana yang terjadi
pada hari Pentakosta (Kis. 2:4). Bahasa asing dalam ayat itu menurut
Pentakostalisme pada hakikatnya sama dengan karunia lidah dalam 1 Korintus
12:10,28, tetapi berbeda dalam ranah implementasinya.[52]
Abraham Alex Tanusaputra, mengatakan “Tanda awal (initial physical evidence)
dari baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dalam bahasa Roh (speaking ini
tongue)”. [53] Pada umumnya ada empat bagian ayat yang
dipakai penganut Pentakostalisme sebagai dasar acuan untuk menunjukkan bahasa
lidah sebagai tanda atau bukti fisik baptisan Roh Kudus, yaitu: (1) Peristiwa
Pentakosta di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 2:4; (2) Peristiwa di Samaria
dalam Kisah Para Rasul 8:14-17; (3) Peristiwa di rumah Kornelius di Kaisarea
dalam Kisah Para Rasul 10:46; dan (4) Peristiwa di Efesus dalam Kisah Para
Rasul 19:6. Pencetus “teori” bahasa roh sebagai bukti fisik baptisan Roh Kudus
adalah Charles Fox Parham, rektor Sekolah Alkitab di Topeka, negara bagian
Kansas.
Pentakostalisme juga menekankan
bahwa karya Kristus sangat penting dalam keselamatan dan gereja demikian juga
halnya dengan karya Roh Kudus. Pentakostalisme memahami bahwa Alkitab tidak
pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus akan berhenti seiring dengan berakhirnya
pelayanan para rasul, atau karena Alkitab telah selesai ditulis. Roh Kudus
masih aktif berkarya dalam gereja dan
kehidupan orang percaya. Pentakostalisme memahami bahwa setiap orang percaya
memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, dan hingga
kini pengilhaman atau karunia-karunia tersebut masih eksis di dalam dan melalui
gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir sebagaimana yang
diyakini oleh para penganut Sessasionisme[54] yang mengajarkan bahwa
karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 hanya berlaku pada
zaman rasul-rasul saja.
Para penganut Pentakostalism
menyadari bahwa pengetahuan secara doktrinal tentang Roh Kudus tidaklah cukup
dan tidak secara otomatis menjadikan seseorang mengenal Roh Kudus secara
pribadi atau pengalaman secara pribadi bersama Roh Kudus. Dititik inilah kebutuhan
akan kehadiran dan kuasa Roh Kudus perlu dialami secara pribadi. Iman Kristen
bukan hanya dibicarakan, tetapi harus dipraktikkan. Konsep urapan Roh Kudus
Pentakostalism yang meliputi Baptisan Roh Kudus[55] adalah salah satu dari
banyaknya pelayanan Roh Kudus. Pelayanan Roh Kudus dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk
hubungan, yaitu : Pelayanan Roh Kudus dalam hubungan dengan gereja, dengan
orang percaya, dan dengan orang-orang yang belum percaya.[56]
1.
Pelayanan Roh Kudus dalam hubungan
dengan Gereja.
Pelayanan Roh Kudus dalam hubungan
dengan Gereja, antara lain : memberikan kuasa untuk bersaksi dan memberitakan
injil (Kis. 1:8); memberikan pertumbuhan kepada gereja (Kis. 2:14-47),
memberikan kuasa kesembuhan dan mujizat (Kis. 3:1-10), memberikan karunia dan
jawatan pelayanan kepada gereja (Roma. 12:3-9), memberikan kuasa kesatuan
gereja (Kol. 3:14), mempersiapkan gereja sebagai mempelai Kristus (2 Kor.
11:2).
2. Pelayanan Roh Kudus dalam Kehidupan
Orang Percaya
Pelayanan Roh Kudus ini dapat
dilihat dalam kaittanya dengan keselamatan dan kehidupan pribadi. (1) Karya Roh
Kudus ketika menyelamatkan antara lain : Roh Kudus membaharaui dengan cara
melahirbarukan (Yoh 3:3-8); Roh Kudus membaptis orang percaya ke dalam tubuh
Kristus ( Mat. 3:11); Roh Kudus berdiam dalam orang percaya (Yoh. 14:17); Roh
Kudus memeteraikan orang percaya (Ef. 1:13). (2) Setelah diselamatkan, Roh
Kudus melanjutkan pelayanan yang aktif di dalam kehidupan orang percaya antara
lain : Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kis. 2:4); Roh Kudus membimbing orang
percaya (Gal. 5:16); Roh Kudus memberikan kuasa kepada orang percaya (Kis.
1:8); Roh Kudus memberikan buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23); Roh Kudus mengajar
orang percaya (Yoh. 14:26).
3. Pelayanan Roh Kudus Dalam Kehidupan
Orang Yang Belum Menerima Kristus
Roh Kudus telah datang untuk
menginsafkan orang-orang yang belum percaya dan menerima Yesus Kristus (Yoh.
17:7-11). Roh Kudus menemplak orang-orang yang tidak percaya akan dosa-dosa
mereka.
[1] https://media.neliti.com/.../275341-karakteristik-pentakostalisme, senin 06 Juli 2020 pkl 15.40
[2]
https://www.youtube.com/watch?v=pWJIROwW820&t=93s, PDT DR YESAYA PARIADJI - PERINTAH SORGA: KEMBALIKAN KUASA MINYAK URAPAN
( menit 4:40), kamis 09 juli 2020. Pkl 08.56
[3]
https://www.youtube.com/watch?v=btPuIA_jPuc, Kesaksian Tentang Neraka oleh Ps. Philip Mantofa (menit 1), kamis
09 juli 2020. Pkl 10:50
[4] https://www.youtube.com/watch?v=6Aw-SkiGaBs,
BAHASA ROH BISA MENINGKATKAN IMUN TUBUH,
Rabu 08 Juli 2020. 19:25
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Roh_Kudus,
Rabu o8 Juli 2020. Pkl 20:21
[6] Eksploitasi
menurut KBBI adalah pengusahaan; pendayagunaan
pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan.
[7] John. F. Mac
Arthur, Apakah Karismatik, (Lawang :
Ekklesia, 1998) Hlm 123-124
[8] Tim Penyusun Kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2002) Hlm. 456
[9] https://laodesyamri.net/2015/01/02/defenisi-konsep-menurut-para-ahli, kamis 09 juli 2020. Pkl 08.36
[10] https://lektur.id/arti-urapan/
Senin 23 maret 2020. Pkl 08:00
[11] Tim Penyusun Kamus pusat bahasa, Op.Cit, Hlm. 752
[12] https://id.wikipedia.org/wiki/Roh_Kudus.
Senin 23 maret 2020. Diunggah pukul 08:36
[13]
https://www.neliti.com/.../pentakostalisme-dan-aksi-sosial-analisis-struktural-
kisah-para-rasul-241-47, kamis 09 juli 2020. Pkl 11:02
[14] https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Pentakosta.
23 maret 2020. Diunggah pukul 08:45
[15] https://media.neliti.com/.../275325-pentakostalisme-dan-aksi-sosial-analisis,
Rabu 08 Juli 2020. Pkl 20:30
[16] Tim Penyusun
Kamus pusat bahasa, Op.Cit, Hlm. 327
[17] https://pengajar.co.id/implikasi-adalah, kamis 09 Juli 2020. Pkl 08.44
[18] Maris Hans, Gerakan Karismatik dan Gereja Kita, (Surabaya : Momentum Christian
Literature, 2010 ) Hlm. 9-17
[19]https://www.researchgate.net/publication/324813759_Analisis_Historis_terhadap_Teologi_Gerakan_Pentakostalisme. Sabtu 1 Agustus 2020, Pkl 13:30
20 Glossolalia berasal
dari kata Yunani "γλωσσολαλία", dibentuk dua kata,
yaitu "γλώσσα" (glôssa) yang berarti "lidah”
dan "λαλώ" (lalô) atau "λαλέω" (laleō)
yang berarti "berbicara; berkata-kata; bersuara; mengeluarkan suara".
Istilah Yunani ini (dalam berbagai bentuk bahasa) muncul dalam bagian
Perjanjian Baru di Alkitab Kristen, terutama dalam kitab-kitab Kisah Para Rasul
dan Surat 1 Korintus. Glossolalia (juga disebut Bahasa Lidah atau Bahasa Roh;
bahasa Inggris: speaking in tongues) adalah suatu pengucapan atau
pengungkapan yang lancar (jarang dalam bentuk tulisan) dari suku-suku kata dan
kata-kata yang tidak dapat dipahami secara langsung dalam bahasa daerah
pendengar di lingkungan wilayah tersebut, yang biasanya merupakan suatu bagian
dari kegiatan agamawi. Bahasa yang dituturkan tersebut dalam berupa bahasa
asing dari daerah lain (seperti yang terjadi dalam peristiwa permulaan
berdirinya gereja Kristen), yang tidak lazimnya digunakan oleh pembicara dan
pendengarnya, atau bahasa yang sama sekali asing (xenoglossia), bisa sebagai
suku-suku kata yang tampak tidak berarti, atau sebagai "bahasa
mistis" yang tidak dikenal; di mana ucapan/ungkapan ini biasanya muncul sebagai
bagian dari penyembahan religius (glossolalia religius). http://www.sarapanpagi.org/bahasa-roh-glosolalia-xenolalia-vt4201.html.
Jumat 7 Agustus 2020, Pkl 12.50
[21]
Ekstase menurut KBBI adalah keadaan di luar kesadaran diri seperti keadaan
orang yang sedang khusyuk bersemedi ; bukan pengalaman seperti penglihatan atau
mimpi, melainkan keadaan di luar kesadaran diri. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000) hlm. 222
[22] Segregasi
menurut KBBI adalah pemisahan; pengasingan; pengucilan kelompok ras atau etnis
gregasi merupakan bentuk pelembagaan diskriminasi yang diterapkan dalam
struktur sosial. (Ibid, hlm 794)
[23]
https://gbt.or.id/sejarah-aliran-pentakosta-di-indonesia/ kamis 30 Juli 2020. Pkl 15:12
[24]
Edith L Blumhofer, Pentacost in my Soul:
Karya Roh Kudus dalam Gereja di abad terakhir. (Malang : Gandum Mas, 2007 )
hlm. 18
[25] Kibele atau [ˈsɪb.əl.i]; bahasa Frigia: Matar Kubileya / Kubeleya "
Bunda Kubeleyan", kemungkinan "Bunda Gunung"; bahasa Yunani: Κυβέλη Kybele, Κυβήβη Kybebe, Κύβελις Kybelis), adalah Ibu Bumi dalam
kepercayaan Frigia.
Seperti juga Gaia dari Yunani dan Rea dari Minoa, Kibele merupakan perwujuan
bumi yang subur. Kibele juga adalah dewi gua dan gunung, dinding dan benteng, alam, hewan liar (khsusunya singa dan lebah).
Kibele dari Frigia sering kali diidentikkan dengan dewi Hebat dari bangsa
Het-Huria, meskipun dewa
ini mungkin merupakan asal mula dewa Anatolia, Kubaba. https://id.wikipedia.org/wiki/Kibele#:~:text=Kibele%20juga%20adalah%20dewi%20gua,asal%20mula%20dewa%20Anatolia%2C%20Kubaba. Kamis 10
September 2020, Pkl 19:15
[26] Dietrich Kuhl.Sejarah Gereja Jilid I :Gereja Mula-Mula.(Batu: YPPI
Indonesia,1998). Hlm 27
[27]
Kata Gnostik berarti “pengetahuan” (gnosis), tetapi yang dimaksud di sini
merupakan “hikmat dengan standar yang tinggi” tersembunyi tentang asal dan
tujuan hidup manusia. Gnostik merupakan salah satu sinkritisme yang
dualistis-pantheistis yang mencoba menyatukan agama timur dan filsafat barat.
Pokok ajaran Gnostik
: 1 Allah yang tertinggi, yang keadaannya adalah Roh, tidak ada
hubungannya dengan dunia ini. 2 Dunia diciptakan oleh suatu ilah
yang rendah (“demiurgos” artinya “pencipta dunia”) yang dikenal dalam
perjanjian lama. 3 Manusia mengandung sebagian kecil dari Roh Allah
dengan tubuh maya (ajaran dosetisme). 4 Oleh pengajaran dan teladan
Kristus, roh manusia diajak untuk berusaha melepaskan dirinya dari zat benda
dan supaya kembali kepada Allah yang maha tinggi itu (ajaran dualisme), dengan
jalan beraskese dan ini hanya dapat dimengerti oleh “orang-orang yang rohani”
atau “orang yang bergnosis” yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. H.
Berkhof & L. H. Enklaar, Sejarah
Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm 20-21.
[28] Maris
Hans, Gerakan Karismatik dan Gereja Kita,
(Surabaya : Momentum Christian Literature, 2010 ) Hlm. 10
[29] Paulus D. H. Daun, Bidat-bidat Kristen Dari Masa ke Masa. (Manado
: tp. 1987 ), hlm. 40
[30]
Leonard Hale, Jujur Terhadap Pietisme.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1996), Hlm 4.
[31]
Ibid, Hlm 12
[32] https://amunghelny.wordpress.com/2013/05/01/pietisme-definisipietisme-berasal-dari-bahasa-latin-pieta-yang-artinya-kesalehan-pietisme-sendiri-berarti-paham/ Rabu 05 Agustus 2020, Pkl. 11:14
[33]
Remonstran berasal dari bahasa Latin remonstrare yang
berarti menyatakan. Ini adalah kelompok dalam kalangan Protestan Calvinis di
Belanda yang mengikuti pandangan-pandangan teologis J. Arminius. Oleh
karena itu mereka dikenal dengan nama Arminian. Namun
teologi ini dirumuskan setelah ia meninggal. Tampaknya ajaran ini
dirumuskan oleh J. Uitenbogaert, namun kadang-kadang dikatakan juga hal ini
dirumuskan oleh H. Grotius dan S. Episkopius. Pada tahun 1610, golongan
arminian mempersembahkan dokumen yang diberi judul remonstran, oleh karena itu
kelompok ini juga dikenal dengan nama yang sama, Remonstran. Isi dokumen
tersebut adalah:
·Pemilihan dan penolakan Allah (predestinasi) didasarkan
sebelum iman (percaya)
·Kematian Kristus adalah untuk semua orang, namun hanya orang
percaya yang menikmatinya
·Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak dapat melakukan
perbuatan baik. Mereka hanya mencapai keselamatan dengan pencurahan kuasa
melalui Roh Kudus
·Rahmat Allah adalah permulaan dan akhir dari segala
perbuatan baik
·Rahmat Allah dapat memelihara orang beriman dari setiap
godaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Remonstran. Kamis 30 Juli
2020. Pkl 15:44)
[34]
Sinode Dordrecht berlangsung pada tahun 1618-1619. Pembukaan
sinode ini diadakan pada 13 November 1618. Sinode
Dordrecht dilatarbelakangi oleh pertikaian mengenai ajaran Arminius dengan
kelompok-kelompok politik Belanda yang mengarah pada pecahnya perang
saudara. Akhirnya, pemerintah mengumpulkan sinode se-Belanda,
yang juga dihadiri oleh utusan-utusan sejumlah besar gereja Calvinis di Inggris, Jerman,
dan Swiss untuk
bertemu di Dordrecht. Dalam sinode ini, dibahas pokok utama
mengenai predestinasi yang dipertikaikan antara
para remonstran dan kontra-remonstran. Akhirnya,
'remonstrasi ditolak
dengan suara bulat dan sinode menyusun jawaban yang disebut dengan kanon-kanon atau pasal-pasal Dort atau Lima Pasal
melawan Remonstran. Di dalam Lima Pasal Dordrecht tersebut
diuraikan bahwa keselamatan manusia hanya berlaku oleh rahmat Tuhan
saja. Namun, tanggung jawab manusia diakui juga, meskipin perhubungan
antara pemilihan manusia oleh Tuhan dan tanggungjawab manusia sendiri tidak
dijelaskan dengan spesifik. Di samping itu, sinode Dordrecht juga
merencanakan dan menetapkan Tata Gereja Dordrecht. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sinode_Dordrecht. Kamis 30 Juli
2020. Pkl 16:45)
[35]https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Holiness_movement&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search. Kamis 10 September 2020, Pkl
01:50
[36] http://amareetserviredeo.blogspot.com/2007/05/sekilas-sejarah-gerakan-kharismatik-6.html.
Rabu, 05 Agustus 2020, Pkl 10:30
[37] Representatif menurut KBBI adalah mewakili; sesuai dengan fungsinya sebagai
wakil. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit. hlm. 744
[38] http://calvindachi.blogspot.com/2014/06/mengenal-gerakan-pentakosta-pentakosta.html.
Rabu, 05 Agustus 2020, Pkl 19:30.
[39] Vinson
Synan, The Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and
Charismatic Renewal( Nashville: Thomas Nelson Publishers, 2001), hal.
395-396
[40] https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Pentakosta.
Rabu 02 September 2020. Pukul 08:45
[41] John Kingsley
Alley, Holy Community, (Jakarta:
Metanoia Publishing, 2010) Hlm 69
[42] Ibid, Hlm 70-72
[43] https://media.neliti.com/media/publications/275341-karakteristik-pentakostalisme-menurut-ki-6d71b1d6.pdf.
Kamis 10 September 2020, Pkl 20:05
[44] Dayton, Donald W., Theological Roots of
Pentecostalism (New Jersey: Hendrickson Publisher, Inc., 1996) hal. 18.
[45] https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Pentakosta.
Rabu, 02 September 2020. Pkl 13.25
[46] http://bpdnttgbi.blogspot.com/2018/05/doktrin-pentakosta.html.
Kamis 27 Agustus 2020, Pkl 15:35
[47] https://www.slideshare.net/derselimarpaung/aliran-pentakosta.
Senin 31 Agustus 2020, Pkl 13:40
[48] http://calvindachi.blogspot.com/2014/06/mengenal-gerakan-pentakosta-pentakosta.html.
Sabtu 29 Agustus 2020, Pkl 19:45
[49] https://gpdirapak.com/doktrin-tentang-roh-kudus-pneumatology/,
Senin 6 Oktober 2020. Pkl 12:33
[50]https://www.researchgate.net/publication/324813759_Analisis_Historis_terhadap_Teologi_Gerakan_Pentakostalisme, Senin 28 September 2020
[51] Harls Evan Siahaan, Memahami
Pentakostalisme Melalui Bingkai Historiografi Lukas Dalam Kisah Para Rasul
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015) hlm. 60.
[52] Ada dua jenis bahasa lidah, yaitu bahasa lidah yang dimengerti oleh orang
lain (Kisah 2:4) dan bahasa lidah yang harus ditafsirkan karena tidak
dimengerti oleh orang lain (1 Korintus 14:2). Baik bahasa
"lidah" atau karunia "lidah" dengan bahasa "roh"
itu sama saja. Kedua-duanya diterjemahkan dari kata Yunani ‘glôssa’. Dalam
alkitab terjemahan lama sebelum tahun 1974 bahasa roh diterjemahkan dengan
bahasa lidah. Karunia roh dalam Kisah Para Rasul 2:4 dimana karunia
bahasa-bahasa tersebut dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengar, serta
bahasa roh yang tertulis dalam surat kiriman Paulus kepada jemaat di
Korintus dimana bahasa roh tersebut tidak dimengerti oleh orang
lain ‘glôssa’
sehingga membutuhkan penafsir. (https://zebniel.blogspot.com/2018/02/cara-memahami-bahasa-roh-secara-lengkap.html?m=1.
Selasa, 29 September 2020. Pkl. 08:05). Bahasa roh perlu digunakan secara terus
menerus (I Kor. 14: 5, 18, 39). Faedah bahasa roh antara lain:
1.
Tanda
baptisan Roh Kudus.
2.
Menolong
ketika kita lemah (Rom. 8:26).
3.
Membangun
iman (menjadikan rohani kuat) – (1 Kor. 14:4, Yud. 1:20).
4.
Membuat
lebih peka secara rohani.
5.
Mengucapkan
bahasa rahasia (I Kor. 14:2).
6.
Menyucikan
mulut kita.
7.
Menyegarkan
roh kita (Yes. 28:11-12).
8.
Memuji
Allah (I Kor. 14:15, Ef. 5:19).
9.
Memelihara
kepenuhan Roh Kudus (Ef. 5:18). (https://dbr.gbi-bogor.org/wiki/Baptisan_Roh_Kudus_(Teologia).
Selasa 29 September 2020. Pkl. 08:26
[53] Abraham Tanusaputra
Alex, Batu Penjuru. (Surabaya : House
of Blessing, 2009) hlm 105
[54]
Pandangan Sessasionis, yang
percaya bahwa mujizat sebenarnya terjadi di Alkitab, tetapi Allah telah
berhenti melakukan mujizat pada saat pewahyuanNya selesai dalam Firman Tuhan.
Jadi menurut pandangan ini mujizat hanya berlaku bagi orang-orang yang hidup
pada zaman Alkitab ditulis. Pandangan ini berpegang pada
kepercayaan bahwa Allah masih tetap bekerja di dunia ini dengan cara yang
supranatural tetapi tidak memberikan kuasa kepada manusia untuk melakukan
mujizat; (https://www.facebook.com/notes/samuel-t-gunawan/mujizat-dalam-perspektif-kharismatik/734207019961815/.
Senin, 28 September 2020. Pkl 19:46)
[55]
Menurut Paham Pentakostalism
Baptisan Roh Kudus adalah karunia Tuhan untuk semua orang yang telah
disucikan hatinya. Tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan
bahasa roh sebagaimana diilhamkan oleh Roh Kudus. Pentakostalism menyatakan
bahwa setelah lahir baru (diselamatkan) orang percaya harus mengalami Baptisan
Roh Kudus sebagai kelanjutan (Subsequence) dari lahir baru. Sedangkan kepenuhan
Roh Kudus adalah suatu pengalaman pribadi orang percaya yang perlu terus
menerus diulang sampai akhir hidupnya
[56] https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/prinsip-pemersatu-gerakan-kharismatik.html. Senin 28 September 2020, pkl
20:18
[57] https://rubrikkristen.com/20-perbedaan-gereja-pentakosta-dengan-gereja-protestan-mainstream/.
Rabu 9 September 2020, Pkl. 19:25
[58] Kaum
Pentakostalisme memahami musik dan ibadah
merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk mencapai hasil
yang prima dalam ibadah harus menggabungkan kedua unsur tersebut. Oleh karena
itu peranan musik adalah untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan
suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu
pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat. Dengan kata lain, musik
dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap
hidupnya. Oleh karena itu ibadah merupakan ungkapan syukur atau jawaban umat
atas karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Itulah sebabnya pemahaman tentang
ibadah tidak dapat dipisahkan dari pemahaman iman gereja atau dapat dikatakan
bahwa ibadah merupakan cermin dari pemahaman iman gereja. Dalam teori
dan konsep nyanyian musik gereja, Praise and Worship (PW/
Pujian & Penyembahan) adalah pelayanan yang tidak hanya mengenal bagaimana
cara bermain aransemen musik dengan baik atau menyanyi dengan bagus, namun juga
belajar bagaimana mencintai dan merasakan musik yang dimainkan sehingga musik
tersebut sampai kepada Tuhan. Jika pelayan Tuhan itu tidak memiliki tujuan yang
telah dipertimbangkan atau digumuli dengan baik, atau hanya sekedar melayani
tanpa sasaran yang jelas, akibatnya akan membuang- buang waktu. Pelayan gereja
Pentakosta berorientasi untuk mewujudkan ibadah yang maksimal. Misalnya untuk
pemain musik, tidak sedikit gereja yang mapan dalam berbagai aspek
mempekerjakan musisi sungguhan untuk bermain setiap minggu. Mereka juga mengundang
beberapa pendeta terkenal untuk sesekali mengisi khotbah dengan persembahan
kasih seorang profesional. Tidak sedikit para pelayan Tuhan dapat persembahan
bulanan. Penata panggung, pencahayaan, videografer, dan kebutuhan penunjang
ibadah lain dikerjakan oleh tenaga profesional. Tujuannya demi mencapai hasil
maksimal. Jemaat benar-benar disuguhi musik yang enak tanpa nada fals sehingga
ibadah lebih khusyuk.
[59]
Pemahaman
dalam gerakan Pentakosta bahwa kita bisa mendapatkan berkat atau penyucian atau
pengudusan ketika datang di altar Tuhan. Tidak heran di banyak
ibadah-ibadah gereja Pentakosta, kita bisa melihat betapa pentingnya ‘altar
call’.
[60] https://www.youtube.com/watch?v=GOfoT56RFcM,
Jumat 18 September 2020. Berbahasa Roh
itu Gampang by Fedry Ridson, (Menit 20 - selesai)
[61] https://www.gbis-online.com/minyak-urapan,
Senin 12 Oktober 2020. Pkl 20:09
[62] https://www.academia.edu/10661582/Doktrin_Tentang_Roh_Kudus_Pneumatologi_,
Selasa 13 Oktober 2020. Pkl 12:38
[63]
Peter C.Wagner, Manfaat Karunia Roh (Malang:Gandum Mas,
2005), hlm. 36-38
[64] Komunal adalah milik rakyat atau umum (https://kbbi.web.id/komunal,
Kamis 1 Oktober 2020. Pkl 20:15)
[65] https://tirto.id/mega-church-di-indonesia-menjual-mukjizat-dan-klaim-kesuksesan-eeZn, Rabu 7 Oktober 2020 Pkl. 08:30
[66] Barclay M, Newman Jr. Kamus Yunani- Indonesia Perjanjian Baru (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1991) hlm. 115
[67] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina
dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi ke-2 ( Jakarta: Balai Pustaka, 2000) hlm.
652-653
[68]
Sudjana Degeng, Metode dan Penelitian (Malang:
STT-IAA Pacet, 1996) hlm. 1-2
[69] Mukayat Brotowijoyo, Metodelogi Penelitian dan Penulisan Karya
Ilmiah (Yogyakarta: Liberty, 1991) hlm. 2
[70] Hadi Sutrisno, Metode Research (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005) hlm. 52
[71] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina
dan Pengembangan Bahasa, Op.cit, hlm.
116
[72] Yakob Tomatala, Penuntun Riset Bagi Perguruan Tinggi Teologi
(Jakarta: Media Penerbit Kristen YT Leadership Foundation, 2009) Hlm. 32
[73] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2011) hlm. 9
[74] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina
dan Pengembangan Bahasa, Op.cit, hlm.
774
[75] https://id.wikipedia.org/wiki/Narasumber, Selasa 20 Oktober 2020. Pkl 11:57
[76] https://ayoksinau.teknosentrik.com/pengertian-teknik/.
Rabu 23 September 2020. Pkl 19:41
[77] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:
Yayasan ANDI, 1995), hlm. 136
[78] Kartini kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial,
(Bandung: Alumni, 1986) hlm.171
[79] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka,1989) hlm. 385
[80] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina
dan Pengembangan Bahasa, Op.cit, hlm.
240
[81] Sugiyono, Loc.Cit. hlm 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar